Selasa, 05 Januari 2016

Empati: Apa Itu? Apa Beda Empati dengan Simpati?

Oleh Innu Virgiani

Nah, sebelum kami membahas tentang empati, akan ada sedikit perkenalan tentang EQ (Emotional Quotient). Yup, empati memang berhubungan dengan EQ. Semoga dengan penjelasan EQ secara singkat kali ini, setidaknya cukup memberikan gambaran tentang apa saja hal2 terkait EQ yang perlu kita perbaiki dalam diri kita, dan in syaa Allah semoga ke depannya cukup membantu kita dalam mengembangkan EQ anak-anak kita.
Dalam ilmu psikologi, Daniel Goleman menjelaskan dalam bukunya 'Emotional Intelligence' bahwa jika kita tidak mampu mengelola aspek perasaan atau emosi kita dengan baik, maka kita tidak akan mampu
menggunakan aspek kecerdasan konvensional/ kognitif kita (IQ) secara efektif.

Ia juga mengatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan 80 % sisanya ditentukan oleh faktor-faktor kecerdasan emosional. Pada akhirnya, memang banyak sekali penelitian terkait EQ yang menunjukkan bahwa EQ berperan sangat penting dalam keberhasilan hidup seseorang, baik dalam pekerjaan, pendidikan, dan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari.

Goleman memformulasikan gagasannya dalam kerangka kecakapan emosi yang meliputi kecakapan Intrapersonal intelligence dan kecakapan interpersonal intelligence.
1. Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan dalam diri kita sendiri yang terdiri dari:
1. Kesadaran diri (self awareness) : memahami emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri.
2. Pengaturan diri meliputi (self regulation) : pengendalian diri (emosi), dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.
3. Motivasi diri (self motivation): dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.

Orang-orang dengan kemampuan interpersonal yang baik akan mampi melewati masa-masa yang sulit seperti depresi, perasaan tidak berdaya, moody, cemburu, penyesalan, yang memnuatnya tidak bahagia. Orang dengan EQ yang baik akan menjalani hidup yang bahagia sebagai individu.
[20/5/2015, 08:19] Bani Sara Fatimah: 2. Interpersonal intelligence merupakan kecakapan dalam berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
1. Empati (empathy): memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis
2. Kemampuan Sosial (social skill): pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kerjasama tim.

Orang-orang dengan kemampuan interpersonal yang baik akan lebih efektif dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain meskipun melewati hal-hal yang sulit. Lebih sukses dalam karier baik di kantor maupun di rumah.
Pembahasan lebih lengkap tentang ini bisa dibaca di bukunya


Nah, terkait dengan empati, sudah cukup jelas ya kalau empati, terkait dengan EQ, lebih tepatnya empati merupakan salah satu kecakapan/ keterampilan EQ dalam hal berhubungan dengan orang lain (interpersonal intelligent)

Jadi apakah empati?

Empati adalah keterampilan, kemampuan,  untuk memahami pikiran, perasaan orang lain yang terlihat melalui perilakunya. Kita mencoba untuk berada di posisinya, memahami bagaimana situasi dan kondisi orang tersebut.

Dengan melakukan empati, kita bisa paham apa yang dipikirkan, dirasakan oleh orang tersebut sehingga harapannya, in syaa Allah kita dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada situasi dan kondisi tersebut.

Jadi apa beda empati dan simpati?

Bedanya adalah pada 'kedalaman perasaan'/ keterlibatan emosi yang sangat lekat.

Pada simpati, kita seolah-olah merasakan atau berada pada posisi orang lain (tidak sekedar memahami)

Jadi seperti yang sudah sempat disebutkan teman2, pada simpati, kalau orang lain menangis, kita juga menangis.. Kalau marah2? Kita juga ikutan marah2. Kalau orang itu kesal sama orang lain? Kita juga ikutan.. Malah kadang lebih kesel lagi..

Padahal, yang punya masalah siapa, coba?

Nah, lebih bagus mana empati dengan simpati?

In syaa Allah dua2nya sah2 saja, silakan disesuaikan dengan sikon.. Karena seringkali, terutama sebagai perempuan kita perlu juga mengeluarkan emosi kita dan memang sangat mudah untuk ikut merasakan apa yang orang lain rasakan.. Dengan satu catatan: produktif...! Dan sesuai syariat.

Jangan sampai simpati kita malah manas2in keadaan

Atau malah membuat kita ikut campur masalah orang lain di luar batas seharusnya kita

Atau juga membuat kita terlalu larut memikirkan masalah orang lain sampe ngga bisa tidur, ngga enak makan, dlsb.. Capek..!


Dlsb

>kalo gitu, sebenrnya bagusan empati memang ya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar