Selasa, 05 Januari 2016

Diskusi 3: Manajemen Marah

Rangkuman Diskusi Manajemen Marah
Grup WA Bunda Belajar dan Bermain
Tgl 6 November 2015
Manajemen Marah Ibu Rumah Tangga: “Ibu, Sedikiiit Lagi Bersabar, Tahan Marahnya"
لاَ تَغْضَبْ وِلَكَ الْجَنَّة
Janganlah engkau marah, niscaya engkau mendapat surga (H.R at-Thobarony dan dishahihkan oleh al-Mundziri)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah -rahimahullah- berkata bahwa Sabar merupakan kewajiban sebagaimana disepakati oleh ummat ini.”
Maka orang yang berakal mesti meyakini, bahwa segalanya telah ditentukan, ada yang telah terjadi sehingga tidak bisa ditolak, juga ada yang belum terjadi, kala itu manusia sama sekali tidak ikut serta dalam menyusunnya, lalu jika terpaksa ia mendapatkan sesuatu yang menyakitkan, maka hendaklah ia bersiap siaga dengan dua tanduk yang berguna,yaitu Kesabaran dan Ridha (keikhlasan).
Apa yang Harus Dilakukan Ketika Marah

Jika seseorang mulai tersulut emosinya untuk marah, hal yang harus dilakukan untuk menahan atau meredakan kemarahan adalah:
1. Diam, tidak berkata apa-apa
وَإِذَا غَضِبْتَ فَاسْكُتْ
Jika engkau marah, diamlah (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan Syaikh al-Albany).
2. Mengingat-ingat keutamaan yang sangat besar karena menahan amarah.
3. Mengucapkan ta’awwudz: A’udzu billaahi minasysyaithoonir rojiim.
Nabi pernah melihat dua orang bertikai dan saling mencela, sehingga timbul kemarahan dari salah satunya. Kemudian Nabi menyatakan:Aku sungguh tahu suatu kalimat yang bisa menghilangkan (perasaan marahnya):A’udzu billaahi minasysyaithoonir rojiim (H.R al-Bukhari dan Muslim)
4. Merubah posisi : dari berdiri menjadi duduk, dari duduk menjadi berbaring.
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk. Jika dengan itu kemarahan menjadi hilang (itulah yang diharapkan). Jika masih belum hilang, hendaknya berbaring (H.R Abu Dawud)

Dalam psikologi, Apa itu marah?
Marah adalah rantai reaksi tubuh dan pikiran yang terjadi sangat cepat sebagai salah satu respon terhadap ancaman, gangguan, serangan, frustasi, rasa sakit atau ketidakadilan.
Apa kunci untuk mengatasi rasa marah?
Mengganti reaksi atau tingkah laku marah menjadi mekanisme coping (penyesuaian/mengatasi masalah) dan respon yang tepat, misalnya dengan melakukan manajemen marah.
Apa itu manajemen marah?
Pengaturan rasa marah agar bisa disalurkan secara konstruktif (membangun sesuatu yang baik).
----------------------------------------
Salah satu konsep manajemen marah adalah RETHINK (Fetsch & Schultz & Wahler), yaitu Recognice, Emphatize, Think, Hear, Integrate, Keep Focus
Untuk mudahnya, dalam Bahasa Indonesia: K E Pik Dengar Libat Sadar Jaga
K = Kenali marahmu (sama siapa, karena apa, biasanya apa yang terjadi jika kita merasa marah, sebesar apa rasa marah kita saat itu)
E = Empati (bayangkan deh anak/ orang lain yang bikin marah itu situasinya sedang bagaimana. pastiii tiap orang punya alasan, termasuk anak)
Pik = Pikir (pikir lagi dari situasi yang beda, misalnya, ubah sudut pandang masalah, bagaimana cara penyelesaian yang baik selain marah, bagaimana juga cara agar marah kita berkurang.. pikir pikir pikir..
Dengar = dengarkan kata-kata orang lain atau anak, baik kata-kata verbalnya, maupun bahasa non verbalnya.. tingkatkan kesadaran diri kita..!
Libat = libatkan perasaan positif (rasa sayang kita, cinta kasih, hormat, dll) kepada yang membuat kita marah dengan menyampaikan kesedihan/kecemasan/malu/capek yang kita rasakan karena sebenernya biasanya justru salah 1 dari 4 perasaan itu sumber masalahnya..
dengan menggunakan perasaan positif, kita akan jauh lebih tenang ketika merasa marah, insya Allah..
misalnya, karena kita menyadari bahwa sebenernya kita sayang sama anak tapi juga sedih anak kita pipis masih “sembarangan”, bilangnya
"mama sayang adek, tapi mama juga sedih adek pipis di lantai.. mama merasa capek harus mengepel lantai lagi, sayang..” sambil mencium anak.
Sadar = Sadar diriiiii, perasaan, mulut, anggota badan. Mengenali dan menyadari perubahan tubuh (fisiologis & psikologis) saat sedang marah agar dapat mengantisipasi agar tidak sampai ke tindak agresi.
Jaga = Jaga fokus.. masalah A ya masalah A, tidak usah dibawa-bawa yang lain, apalagi masa lalu...
misalnya, anak belum mandi.. intinya kan anak badannya kotor, tidak perlu bawa2 emang nih anak susah dibilangin, males ngerjain PR, boro-boro bantuin orang tua beres-beres, bangun siang, nonton tv mulu, tiaaap hari nyusahin orang tua aja, kemarin udah mecahin gelas, dll dll..
Cukup fokus pada masalah anak belum mandi..! ok..!
-------------------------------------------------
Kalau anak menangis terus, merengek... Aku MERASA marah
Kalau anak sulit dinasehati... Aku MERASA marah
Kalau rumah berantakan disini dan disana, anak-anak pun bertengkar selalu... Aku MERASA marah
Kalau anak berbohong... Aku MERASA marah
Ketika Aku merasa marah, ingiiiin sekali rasanya 'ngomong' yang kasar, berteriak atau memukul
Tapi MERASA marah itu beda lho ternyata dengan MELAKUKANNYA
MERASA “doang”, tidak sama dengan mengEKSPRESIKAN perilaku marah
Merasa, tidak akan menyakiti diriku, anak, atau membuat kita dalam masalah
Ketika ingin pengen berkata kasar, teriak, memukul anak, ada hal lain yang bisa kulakukan
Selalu mengingatkan diri dalam hati.. “sabar, sebentaaar lagi marahnya.. sebentaar lagi.. dan terus menahan diri” (teruslah berlatih menjadikan ini sebagai pikiran otomatis)
Lalu aku bisa menjauh dulu dari anak-anak sebentar, untuk menarik naafaaas paaaanjaaang
Atau mengambil wudhu, dzikir dan sholat
Atau sekedar berkaca di kamar mandi/ di kamar melihat ekspresi wajah kita
Atau malah langsung mencoba tersenyum, mengelus, membelai, mencium anak-anak
“Menikmati” kebersamaan yang tidak akan terulang di hari berikutnya.. karena waktu tidak pernah kembali mundur, tiap detik, tidak akan pernah terulang di esok hari.
Pertanyaan yang sering kali ditanyakan:
 manusia itu kn tidak lepas dari salah dan khilaf, bagaimana kl seandainya kita sudah marah ke anak?
Jawab: Kalau sudah terlanjur marah pada anak, ya sudah, apa boleh buat.. Begitu ortu 'sadar' langsung aja anak duduk bersama, berbicara dengan baik.. Kalau perlu memeluk..
Ucapkan, bunda kecewa dan merasa marah sekali karena...(isi sendiri)
Astaghfirulloohaladzhim..
Maafkan tadi Bunda mungkin berlebihan.. Tapi Bunda ingin...(isi sendiri)Tidak perlu terlalu lama mengungkit2 kesalahan anak, dan juga diri kita sendiri (marah kita)
Trus kuatkan tekad untuk lebih baik dari hari ke hari nya.. Yang penting trus mohon pertolongan Allah dan lakukan tips2 menajemen marah sebisa mungkin
Buat catatan2 di dinding sebagai pengingat kita untuk lebih sabar. Misalnya, tulisan SABAR, Bunda Cantik 
Atau JANGAN MARAH, INGAT ALLAH  dlsb.
Yang paling penting juga, kenali situasi2 kapan biasanya ortu merasa marah.. Sehingga situasi yang sama tidak akan menghasilkan output (marah) yang sama.. Misalnya: ketika ibu capek, lapar, ada masalah dg suami/teman/keluarga, dlsb, begitu juga anak
 bagaimana pendekatan kl anak sudah kena marah orang tua (menghilangkan trauma pada anak)
Jawab: Trauma bisa terjadi kalau anak mengalami sesuatu yang saaangat luar biasa dan tidak mampu ditanggungnya.. Namun masyaa Allah, Allah berikan anak 'kekuatan' yang besar sekali untuk menampung kemarahan ortu asal perilaku marah tersebut tidak diulang.. Otak anak belum sempurna, masih terus berkembang sehingga mereka masih belajar ttg emosi, dan mudah sekali lupa dan memaafkan.. Karena itu, JANGAN DIULANG DIULANG dan melulu diberikan stimulus emosi yang negatif.. Karena jika diulang2, semakin lama pastinya akan sangat terekam dengan jelas di otak mereka.
Jika anak sudah trauma, subhaanallah.. Apa boleh buat.. Minta ampunan pada Allah dan mohon pertolongan-Nya.. minta maaf juga dan perbanyak kasih sayang lagi pada anak.. Pelan2 saja, Semoga Allah mudahkan
 apakah dalam mendidik anak sama sekali kita tidak boleh marah?
Jawab: Sebagai Muslim, yang harus kita pahami adalah MARAH LAH PADA APA-APA SAJA YANG MELANGGAR HAK ALLAH
Itu kuncinya..
Jadi jika anak masih pipis sembarangan, towel2 adik, tidak mau berbagi mainan dg teman, apakah melanggar hak Allah?  semoga dapat dipahami ya Bunda 
 Seberapa besar pengaruh nya marah-marah ortu pada kecerdasan anak?
Jawab: Kemarahan, bentakan, atau hal lain serupa sangat berpengaruh terhadap kecerdasan anak, terutama kecerdasan emosinya.
Mungkin Ibu2 pernah baca bahwa 1 bentakan/kemarahan seorang ibu dapat merusak milyaran sel otak anak yang sudah terjalin.. Dan itu memang benar
Anak2 yang sering mengalami bentakan dalam jangka panjang cenderung akan lebih sulit dalam memahami dan menerima sesuatu..
Terutama dalam menghadapi masalah2 keseharian
Perlu dipahami, kecerdasan emosi adalah kecerdasan yang sangat penting dalam membantu seseorang untuk survive dalam hidupnya
Dan kesuksesan seseorang tidak hanya tergantung IQ nya..! Namun bagaimana ia bisa membawa diri, beradaptasi, dan deal dengan masalah2 dalam hidupnya.
Anak/dewasa yang memiliki kecerdasan emosi yang tidak begitu baik akan mudah panik, stres, juga marah2 atau malah mudah frustasi dan cenderung menghindar/kabur dari masalah
Karena yang bekerja justru batang otak karena bagian otak yang harusnya untuk memecahkan masalah tidak berfungsi dengan baik karena selama pembentukannya cenderung diisi oleh kemarahan orang tua..
 Apa yang membuat seseorang dg orang lain berbeda rentang marah2nya, sabarnya dan kecerdasan emosinya?
Jawab: Pola asuh beda, stressor tiap orang pun beda.. Dan sabar memang berat.. Kecuali bagi orang2 yang khusyuk. Nah, bagaimana kah yang khusyuk? Mungkin bisa dibaca di tafsir Al Baqarah 45-46. Wallohu a'lam
 Bagaimana cara untuk meningkatkan kesabaran?
Jawab: Sebenarnya prinsip2 praktisnya sudah di ringkasan manajemen marah di atas. Tinggal 1 lagi yang perlu diperhatikan adalah kesadaran dan kemampuan kontrol diri tiap2 pribadi sendiri.. Bagaimana pemaknaan tentang ihsannya, kalau Allah itu ada lho, ngeliat kita marah2 lho.. Dst..
Mungkin jangankan Allah ya.. Kalau teman aja ngeliat kita marah2.. Atau keluarga atau siapapun yang kita segani.. Pasti kita bisa lebih mengontrol diri.. Wallohu a'lam
 tentang pola asuh. Jadi ortu yg memberi respon marah untuk hal X
Maka terekam oleh anak, ketika hal X terjadi maka dia marah... Gimana memutusnyaaaa? Ketika hal X terjadi seseorang tahu bagaimana mengatasinya, tanpa harus marah2
Jawab: Pola asuh itu ngga hanya pengalaman ttg respon marah ortu ke anak. Tapi bagaimana penanaman agama, karakter, masalah2 yang pernah dihadapi, pengalaman eksternal yang mempengaruhi.. Plus Karakteristik individual yang memang sudah terberi (sifat).
Dan sebenarnya semuaaaa masalah memang harusnya diselesaikan tidak dengan marah2 kan... Cukup dirasakan dan rasa itu dikendalikan
Marah yang kalau perasaan kan memang manusiawi.. Kita punya nafsu. Namun juga punya akal..!
Tapi, ketika diekspresikan (perasaan marah tsb diungkapkan dengan perilaku marah) lain ceritanya  udah ada bumbu2 dari syaitan yang terkutuk hihihi ujung2 si S yang disalahin
Simpelnya:
Buat anak2, lobus frontal/ ada yang bilang neofrontal/ intinya eksekutif (pusat berpikir) dan pusat emosi/amigdala, baru terbentuk dg baik di masa kanak2 awal / diawali di usia 4 tahun
Nah, sebelum itu, yang udah ada adalah batang otak/otak reptil yang cara kerjanya adalah lawan, serang atau kabuur, menghindar..!
Anak kalau dimarahi. Kalau ngga melawaaaan..! Ya 'mengkeret' kabur, tak acuh..
Kalau keseringan dimarahi, otak reptilnya terstimulus dg sangat baik. Sehingga dalam situasi apapun, yang agak tenang sekalipun, otak reptil yang akan dominan bekerja duluan.. Begitu seterusnya..
Ketika kita marah, anak malah tak menangkap pesan/nasihat yg disampaikan. Yang lebih terekam kuat justru adegan bundanya 'marah2'..
Barakallahu fiik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar