Rabu, 22 April 2015

Tahapan Bermain (Aspek Kognitif)

Oleh Nita Silvianti

Tahapan Bermain (Kognitif)

Kalau kemarin membahas tahapan bermain berdasarkan aspek sosial, sekarang kita bahas tahapan bermain dari aspek kognitif yuk!!


Sejalan dengan berjalannya kognitif anak, Jean Piaget (1962) mengemukakan tahapan bermain anak sebagai berikut:

Sensory Motor Play (3/4 bln - 1/2 tahun)
- Sejak usia 3-4 bulan, kegiatan anak lebih terkoordinasi
- anak belajar dari pengalamannya, misal dengan menarik mainan yang tergantung di atas tempat tidurnya, maka mainan tersebut akan bergerak dan berbunyi. Kegiatan ini diulangi berkali-kali dan menimbulkan rasa senang, senang yang sifatnya fungsional dan senang karena dapat menyebabkan sesuatu terjadi.
- Pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan anak bukan semata- mata berupa pengulangan, namun sudah disertai dengan variasi.
- pada usia 18 bulan nampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Anak sudah semakin mampu memvariasikan tindakannya terhadap berbagai alat permainan. Hal ini merupakan awal dari penjelajahan sistematik terhadap lingkungannya.

Symbolic atau Make Believ Play (2-7 tahun)
- Merupakan ciri periode pra operasional
- ditandai dengan bermain khayal atau bermain berpura-pura.
- anak juga lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal yang berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya.
- Seringkali anak hanyalah sekedar bertanya, tidak terlalu mempedulikan jawabannya. Walau sudah dijawab, anak akan terus bertanya lagi.
- Anak sudah dapat mempergunakan benda sebagai simbol atau representasi benda lain. Misal, sapu digunakan sebagai kuda-kudaan.
- Bermain simbolik berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsilidasikan pengalaman emosional anak.
- Setiap hal yang berkesan bagi anak, akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
- Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan bermain simbolik ini akan semakin bersifat konstruktif dalam arti lebih mendekati kenyataan.
- Bermain juga merupakan latihan berpikir serta mengarahkan anak untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Misalnya belajar peran-peran tertentu.

 Social Play Games with Rules (8-11 tahun)

 Games with Rules & Sport (11 tahun ke atas)

 Sedangkan Hurlock (1981) mengemukakan bahwa perkembangan bermain terjadi melalui tahapan berikut ini:

 Tahap penjelajahan (Exploratory Stage)
- Terjadi antara usia 0-3 atau 4 tahun.
- Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain.
- Mencoba menjangkau atau meraih benda di sekelilingnya lalu mengamatinya.
- Penjelajahan makin luas, saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan, sehingga anak akan mengamati setiap benda yang dapat diraihnya.

 Tahap Mainan ( Toy Stage)
- Tahap ini mencapai puncaknya saat usia 5-6 tahun.
- Antara usia 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya.
- Mereka berpikir benda mainannya dapat makan, bicara, merasa sakit dan sebagainya.
- pada masa ini anak sangat suka meminta dibelikan mainan, kadang-kadang mereka hanya sekadar meminta saja tanpa mempedulikan kegunaannya.

 Tahap Bermain (Play Stage)
- Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah dasar.
- Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak.
- Anak bermain dengan alat permainan, yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga, dan bentuk permainan lain yang juga dilakukan oleh orang dewasa.

 Tahap Melamun (Daydream Stage)
- Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas.
- Saat ini anak sudah mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak menghabiskan waktunya untuk melamun dan berkhayal.
- Biasanya lamunan atau khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa tidak dipahami oleh orang lain.

 Nah, kalau 2 ilmuwan di atas membahas tahapan bermain berdasarkan kognitifnya, Kathleen Stassen Berger (1983) membahas jenis kegiatan bermain:
 Sensory Motor Play. Bermain yang mengandalkan indera dan gerakan-gerakan tubuh. Misal, mengamati, mendengar suara sekitar, menikmati berbagai tekstur.

 Mastery Play. Bermain untuk menguasai keterampilan terntu. Misal, berguling, melompat, memanjat, mengisi teka-teki, maze, puzzle.

 Rough and Tumble Play. Bermain Kasar. Misal, bergelut, saling dorong, berpura-pura menjegal, saling pukul.

 Social Play. Bermain bersama. Misal, bermain sepeda bersama, bermain kelereng, tertawa bersama-sama walau tidak ada kejadian yang lucu.

 Dramatic Play. Bermain peran atau khayal. Misal, bermain peran ibu, menjadi tokoh jagoan favorit.


Semoga  bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar