Rabu, 15 April 2015

Komunikasi Asertif

Oleh Innu Virgiani Agustya

Komunikasi merupakan kebutuhan penting setiap orang, karena semua orang pasti berkomunikasi dengan yang lainnya. Tak jarang ketika berkomunikasi kita menghadapi beberapa kendala seperti perbedaan pendapat,kesalahpahaman, ketidakmampuan untuk mengungkapkan pikiran dan masih banyak lagi. Nah, teman… kali ini kita akan membicarakan komunikasi. Semoga bermanfaat bagi kita semua.. ^^

Siapakah orang yang paling sering berkomunikasi dengan teman-teman? Suami? Anak?Orangtua? atau tetangga? Alhamdulillah
Islam telah mengatur semuanya sehingga kita tinggal merujuk kepada syariat yang telah menetapkan.Islam merupakan agama yang sempurna. Di dalamnya terdapat banyak halyang mengatur hubungan seorang muslim dengan muslim lainnya, baik itukepada orang tua, pasangan (suami/istri), anak, bahkan hubunganseorang majikan kepada karyawan.

PandanganIslam terhadap hubungan dengan orang tua

Ada banyak aturan dalam Islam (dalam Al Qur’an, Hadits, dan contoh daripara salafus shaleh) yang menjelaskan cara berinteraksi antara orangtua dan anak. Diantaranya adalah,

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “…dan hendaklah kamu berbuatbaik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalampemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadakeduanya perkataan «ah» dan janganlah kamu membentak mereka danucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlahdirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berduatelah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan: Adaseorang lelaki yang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ingin ikut berjihad. Maka beliau bertanya, “Apakah keduaorang tuamu masih hidup?”. Dia menjawab, “Iya.” Maka beliaubersabda, “Kalau begitu berjihadlah dengan berbakti kepadakeduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada perkataan yang agung datang dari Ibnu Umar ketika beliau ditanyaseseorang yang menggendong ibunya sambil bertawaf. Orang tersebutbertanya kepada Ibnu Umar, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmuapakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab,“Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu.Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasanyang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.”(Diambil dari kitab al-Kabair karya adz-Dzahabi)

PandanganIslam terhadap hubungan kepada suami

Terkait dengan kedudukan suami, maka Allah memerintahkan agar, seorangsenantiasa menghormati suaminya. Hal ini bisa dilihat dari firmanAllah dan juga hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Firman Allah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepadaAllah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karenaAllah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa [4]: 34)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Kalau saja aku boleh menyuruhseseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku menyuruh paraistri untuk bersujud kepada suami mereka.” (HR. At-Tirmidzi dariAbu Hurairah). Beliau juga bersabda, “Jika seorang suami memanggilistrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dansuami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnyasampai pagi.” (HR. Bukhari Muslim)

Perhatikan  teladan seorang istri kepada suami berikut ini. Dikisahkan bahwaFatimah radhiyallahu ‘anha(puteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengabdi pada suaminya (‘Alibin Abi Tholib). Ia menggiling, menyapu, dan memasak. Bahkan di tangannya terdapat bekas karena beratnya pekerjaan yang dilakukan.Teladan yang lain, Asma binti Abi Bakr, beliau berkhidmah kepadasuaminya, Zubair Ibnul ‘Awwam dengan khidmah yang agung. Asma mengurusi kudanya Zubair, mencarikan makanan untuk kudanya, danmembawakan sesuatu dari jarak yang jauh (sebagai bentuk khidmahnyakepada suami).

PandanganIslam terhadap hubungan sesama muslim

Seorang muslim tidak hanya berlaku baik kepada orang tua, pasangan, atausaudara sedarah saja. Namun seorang muslim juga memperlakukan muslimyang lain dengan baik, karena sesungguhnya setiap muslim adalahsaudara. Terdapat banyak hadits yang menjelaskan bagaimanakah seharusnya seorang muslim bersikap atas muslim lainnya.

AllahTa’ala berfirman yang artinya, “Sungguh orang mu’min itu bersaudara”(QS.Al Hujurat: 10)

Haditsyang menjelaskan mengenai persaudaraan sesama muslim sangat banyak,diantaranya
  1. “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan-kehormatan kalian haram atas kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. “Seorang muslim adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari).
  3. Janganlah engkau menganggap enteng perbuatan baik sedikit pun, meskipun (sekedar-pen-) engkau berjumpa dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim).
  4. “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak menyayangi yang lebih muda…” (HR. Ahmad, hasan)
  5. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik teman di sisi Allah ta’ala adalah yang paling berbuat baik kepada temannya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Tirmidzi)
  6. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ketika maut menjemputnya hendaknya dia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, memperlakukan orang lain sebagaimana pula dirinya ingin diperlakukan demikian.” ( HR. Muslim (1844) dan Nasa’I (4191).

Berkomunikasidengan orang lain: Menjadi seorang yang asertif.

Setelah kita mengetahui bagaimana agama Islam yang mulia ini mengatur hubungan seorang muslim dengan muslim lainnya, marilah kita lihat pelaksanaannya dalam keseharian kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, sudah pasti kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Terkadang kita menemui konflik dalam interaksi tersebut, yang seringkali justru datang dari orang-orang yang terdekat dengan diri kita. Konflik yang ditimbulkan biasanya diawali dari perbedaan pendapat yang sebenarnya wajar karena tidaka da satu pun orang di dunia ini yang sama persis dalam pikiran dan perasaannya. Namun alih-alih mencoba untuk menyelesaikan konflik tersebut, justru kita melakukan hal-hal yang semakin memperuncing konflik, membuat semakin sulit untuk diselesaikan. Padahal bisa jadi konflik yang ada bisa diselesaikan dengan diri kita memperbaiki cara berkomunikasi kepada orang lain. Salah satunya adalah dengan bersikap asertif.

Asertif adalah sebuah kondisi dimana seseorang secara tenang dan jelas menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Kata kuncinya di sini adalah penyampaian pendapat dengan sikap yang tenang dan juga perkataan yang jelas, yang ditandai dengan postur tubuh yang terbukadan tegak (artinya siap untuk berkomunikasi dengan sehat), gerakgerik yang ekspresifmemandang lawan bicara, dan mendengarkan dengan baik apa yang dibicarakan oleh lawan bicara hingga selesai sebelum membalas pembicaraan.

Tujuan kita bersikap asertif adalah membuat orang lain mengerti isi pikiran dan perasaan kita, sehingga orang lain tersebut bisa bersikap sesuai dengan yang kita inginkan. Akan tetapi perilaku asertif menuntut kita untuk tetap mengutamakan kenyamanan orang lain, sehingga untuk membuatorang lain mengerti diri kitakita tidak menjatuhkan merekaatau kondisi win-lose (dengan menunjukkan saya benar-anda salah), namun tetapmengutamakan win-win solution (saya bisa jadi benar, bisa jadi salah-anda pun demikian, jadi mari saling menghormati).
                 
Dari definisi di atas, terdapat beberapa karakteristik dari komunikasi  asertif, yaitu:
1.Menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri
Menghormatiorang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki tetapi tidak berarti menyerah atau menyetujui apa yang diinginkan oranglain. Artinya individu tidak harus menurut atau takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena lebih tua atau memiliki kedudukanyang lebih tinggi.
2.Berani mengemukakan pendapat secara langsung
Perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran,dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur
3.Kejujuran
Bertindakjujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat mengkomunikasikan perasaan, pendapat atau pilihan tanpa merugikandiri sendiri atau orang lain.
4.Memperhatikan situasi dan kondisi
Semuajenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam konteks tertentu. Dalam komunikasi ini seseorang harus dapatmemperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dankualitas hubungan
5.Bahasa tubuh
Salahsatu hal terpenting dalam komunikasi asertif adalah bagaimanamenyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi misalnya:jarang tersenyum, bibir terkatup rapat, mendominasi pembicaraan,tidak berani melakukan kontak mata dan nada bicara tida tepat.

Beberapa tips untuk menjadi asertif,diantaranya
  1. Lihat dan kenali diri sendiri. Perhatikan apakah anda seseorang yang mudah untuk menghakimi atau menyalahkan? Apakah orang melihat anda sebagai orang yang menakutkan untuk diajak bicara? Atau justru anda termasuk orang yang mudah mengiyakan pendapat orang? Dengan mengenali diri sendiri, maka anda akan mudah untuk membuat perubahan.
  2. Gunakan kalimat “Saya” atau “'I' statements”. Dengan menggunakan kalimat “Saya” akan membuat orang lain mengerti anda tanpa merasa disalahkan atau dituduh. Misalnya ketika anda tidak setuju dengan suatu hal, maka lebih baik gunakan kalimat “Saya kok tidak setuju ya” daripada menggunakan kalimat “Kamu salah dan keliru”.
  3. Ungkapkan dengan kata-kata yang jelas tentang keadaan yang anda inginkan, atau tidak  anda inginkan, dengan kalimat yang spesifik. Misalnya, “Saya merasa terganggu jika pembicaraan saya selalu dipotong. Jadi saya mohon lain waktu jika kita berbicara tolong dengarkan saya sampai selesai terlebih dahulu. Terima kasih.”
  4. Biarkan lawan bicara anda untuk menjawab atau merespon pembicaraan, dan jangan berharap bahwa mereka akan bisa memahami anda atau setuju dengan pendapat anda. Yang terpenting adalah anda tetap konsisten dengan pendapat anda, dan sampaikan pendapat anda berulang kali jika diperlukan (dengan bahasa yang bervariatif). Misalnya, “Telah jelas bagi saya bahwa anda punya pandangan yang berbeda terhadap hal ini, dan itu tidak mengapa. Akan tetapi, kenyataannya adalah bahwa saya merasa tidak nyaman jika pembicaraan saya selalu dipotong oleh anda. Jadi, saya mohon tolong jangan lakukan itu.”
  5. Jagalah emosi anda ketika berbicara. Terkadang emosi bisa membelokkan pembicaraan. Anda ingin menyampaikan ketidak sukaan anda terhadap kebiasaan buruk teman anda yang suka menonton televisi dengan volume keras, namun ketika emosi anda semakin meninggi, maka yang dibicarakan tidak hanya soal volume televisi namun hal lain yang sebenarnya tidak relevan untuk anda bicarakan dengan teman anda (misalnya membahas kebiasaan jeleknya yang lain)
  6. Tunjukkan bahasa tubuh yang baik saat berbicara. Sikap tubuh yang tenang dan positif akan memudahkan orang lain untuk menerima pendapat anda. Bayangkan jika anda bicara dengan bahasa tubuh yang mengintimidasi, tangan mengepal ke atas dan mata melotot, maka hal ini justru akan membuat konflik baru.

Menjadiseorang muslim yang asertif.

Sebelum kita melatih diri kita agar menjadi asertif, perlu kita perhatikanterlebih dahulu hadits berikut,
Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ” Barangsiapa yang berimankepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau diam.”(HR.Muslim No. 222)

Menjaga lisan bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan berkata baik atau kalau tidak mampu maka diam. Dengan demikian diam kedudukannya lebih rendah dari pada berkata baik, namun masih lebih baik dibandingkan dengan berkata yang tidak baik.
Berkata baik terkait dengan 3 hal, seperti tersebut dalam surat An-Nisa’: 114, yaitu perintah bershadaqoh, perintah kepada yang makruf atau berkata yang membawa perbaikan pada manusia. Perkataan yang di luar ketiga hal tersebut bukan termasuk kebaikan, namun hanya sesuatu yang mubah atau bahkan suatu kejelekan. Pada menjaga lisan ada isyarat menjaga seluruh anggota badan yang lain, karena menjaga lisan adalah yang paling berat.


Sebagian ulama berkata: “Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. Sebagian ulama memaknakan Hadits ini dengan pengertian; “Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah”.
Dalam hal ini maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi Karena takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang banyak terjadi pada manusia.


Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam“maka hendaklah ia berkata baik atau diam” , menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”. Berkata baik dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada orang lain. Dan yang terbaik dari semuanya itu adalah menyampaikan perkataan yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau diharapkan pemberiannya.

Syaikh Utsaimin memperikan penjelasan mengenai hadits ini. “Adapun berkatabaik kepada orang lain itu berupa perkataan yang membuat senang temanduduknya meskipun belum tentu baik untuk dirinya sendiri”. (Syarhal Arbain an Nawawiyah, Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al Utsaimin)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Hadits di atas memberi isyarat bahwa seseorang yang ingin berbicara sesuatu maka hendaknya diapikir-pikir dahulu. Jika terlihat tidak ada bahaya yang ditimbulkanmaka ia boleh berbicara, namun jika ada tanda-tanda bahaya atau diaragu-ragu maka sebaiknya dia diam. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, ”Hadits ini memerintahkan untuk berbicara dalam hal yang baik-baik dandiam untuk hal yang buruk.” (Qawaid wa Fawaid min al Arba’in anNawawiyah, Nadzim Muhammad Sulthan, hal 137&138, Dar al Hijrah)

Dalam berperilaku asertif, kita harus memperhatikan aturan-aturan yangtelah dibuat oleh Allah terkait dengan hubungan dengan orang lain(sebagaimana telah disinggung pada awal tulisan). Sehingga perilakuasertif yang kita terapkan ke teman sebaya pastinya tidak bisa kitaterapkan kepada orang tua atau suami, karena orang tua dan suamimemiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding teman sebaya. Berikutini tips untuk berperilaku asertif ke orang tua dan suami.

1.Asertif Kepada Orang Tua

Orangtua memiliki kedudukan yang sangat mulia. Bahkan kita tetapdiperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua meskipun keduanyakafir, dengan catatan kita tidak mengikuti perintah mereka yang melanggar aturan dari Allah. Terlebih lagi apabila kedua orangtua kita seorang muslim, maka kita harus menempatkan mereka dalamposisi yang tinggi. Berikut ini hal yang bisa kita pertimbangkanuntuk bersikap asertif kepada orang tua
-Renungkan secara matang apabila kita ingin berterus terang kepadaorang tua mengenai perasaan atau pikiran kita → jangan sampaimendiskusikan tema yang bisa memicu pertengkaran.
-Menggunakan bahasa yang halus dan lembut → rendahkan suara
-Jika ternyata orang tua marah dan tidak setuju → diam, dengarkanapa yang mereka katakan, jangan membalas pembicaraan meskipunsebenarnya kita sangat ingin.
-Apabila memang ada hal yang perlu kita luruskan, misalnya orang tuasalah paham kepada kita sehingga marah, maka minta izin terlebihdahulu untuk berbicara.

Contoh Kasus
Sore  itu, Fulan sangat terkejut dan marah mendapati sebuah rak kecilberisi berkotak-kotak rokok dipajang di tokonya. Fulan langsungmemanggil pegawainya dan menanyakan mengapa benda berbahaya tersebutada di toko. Fulan memang tidak ingin tokonya berjualan rokok, karenabanyaknya dampak negatif yang disebabkan rokok. Akhirnya dari sangpegawai diketahui bahwa semua itu instruksi dari sang Ibu.
Setelahmenenangkan diri , Fulan segera mencari ibu. Dilihatnya ibu sedangbersantai di depan TV, tidak sedang mengantuk, tidak tampakkelelahan, dan tidak sedang sibuk dengan Hpnya. Fulan segeramendatangi ibunya.
Fulan : (dengan suara tenang) “ Bu... kulo ajeng matur..(bu, saya inginberbicara, versi bahasa jawa halus)
Ibu : ono opo? (ada apa) ...selanjutnya menggunakan bahasa indonesia..
Fulan : saya barusan melihat di toko ada rak rokok...kata pegawai sudahdibolehkan ibu. I
bu : ah iya... tamu-tamu kita banyak yg mencari. Kemarin malah ada ygmarah-marah karena tidak ada rokok.
Fulan : iya bu,, tapi saya tidak setuju kalau kita berjualan rokok, karenarokok itu sangat berbahaya. Bahkan beberapa ulama sudah menfatwakanharam.
Ibu : Tapi kita kan hanya menyediakan, tidak menawarkan ataumembujuk-bujuk orang untuk beli rokok. Ya itu kan terserah orangnyamau beli atau tidak..
Fulan : iya, tapi saya tetap tidak setuju karena saya takut itu masukdalam kategori tolong menolong dalam keburukan. Saya tidak inginharta kita tidak berkah karena itu. Saya juga takut nanti ibu akandimintai pertanggungjawabannya di akherat. Lebih baik kita dimarah-marahi tamu, bu.. silahkan ibu pikirkan..mohon maaf bu..

2.Asertif Kepada Suami

Suami adalah orang yang harus paling ditaati dan dihormati para istri. Saatakan berkomunikasi asertif  kepada suami, harus diingatkedudukannya yang tinggi di hadapan Allah Azza wa Jalla. Oleh karenaitu beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
-Cari waktu yang tepat saat ingin mengungkapkan pikiran. misal, suamisedang santai, tidak kelelahan, dan situasi mendukung lainnya(misal:anak-anak sudah tidur).
-Tetap menjaga harga diri suami.
-Gunakan bahasa yang lembut
-Apabila suami tidak setuju dengan pikiran kita, taati suami walaupunbertentangan dengan keinginan kita asalkan masih dalam koridorsyariat.
-tetap bersikap baik kepada suami

Contoh Kasus
Fulanah ingin menyatakan ketidaksukaannya saat Funan (sang suami)menceritakan kelebihan istri dari teman sekantornya kemarin sepulangdari kantor. Hari ini Fulanah ingin mengungkapkan kepada suaminyakarena dilihatnya Fulan sedang santai. Sore itu Fulanah membuatkanFulan teh dan cemilan. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, Fulanah mulaimembuka percakapan.
Fulanah   : Ayah, mamah mau ngomong,, tolong dengerin dulu ya..sebenarnya waktukemarin ayah ceritain tentang kehebatan istri teman ayah itu...mamahga nyaman yah..
Fulan       : Looh maksud ayah kan baik, mah..maksudnya agarmemotivasi mamah.
Fulanah   : Iya, mamah tahu,, maksud ayah ingin menasehati mamah. tapi tetapsaja, yang namanya perempuan ga suka dibanding-bandingkan.. mamahlebih suka ayah menceritakan istri para sahabat atau ulama kalau ayahingin memotivasi mamah.
Fulan       : Masak kayak gini aja bikin mamah ga nyaman..kalau ayah yang jadi mamah, ayah malah tertantang untuk menyainginya,mah..
Fulanah   : iya, ayah… tapi hati perempuan kan berbeda dengan laki-laki.perempuan itu paling tidak suka kalau dibandingkan seperti itu..
(danseterusnya)

Nah, teman-teman.. bagaimana gaya komunikasi teman-teman dengan orang-orang terdekat? Semoga kita semua dapat memiliki gaya komunikasi asertif yang sesuai dengan syariat...aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar