Rabu, 26 Maret 2014

Apa Itu Stres? Bagaimana Cara Mengatasinya?

Pernah merasa stres?
Tentunya kita semua pernah merasakan stres, karena masalah selalu saja datang silih berganti.

Apa itu stres?

Stres adalah kondisi dimana lingkungan (beban) dipersepsikan melebihi kemampuan.
Jadi, masalah yang ada, kita rasa tidak sanggup untuk kita selesaikan, saat itulah kita merasa stres.
Pernah merasa seolah beban dipundak itu beraaaaaaat banget?
Diliputi rasa cemas, khawatir, takut, sampai tidak bisa melakukan apapun, seolah dunia itu begitu kelam pekat abu-abu, atau malah hitam?
Pernah kita flu nggak sembuh-sembuh? sesak napas, asam lambung naik/maag, jantung berdebar, leher kaku, otot tegang, nyeri linu di kaki, tangan dll
bisa jadi itu juga karna stres

Ya! Stres, berdampak pada psikis, juga fisik kita


Yuk kenali dulu penyebabnya!

Stres, bisa terjadi karena: (Morris, 1990)

Frustrasi: terhalangi/ gagal mencapai tujuan yang diinginkan. Frustasi bisa terjadi akibat dari keterlambatan,    kegagalan, kehilangan, kurangnya sumber daya, atau diskriminasi
Contoh:
-Mama ku ini dr dl mmg sll mentingin keluarganya,,,aku ga suka --- diskriminasi
-hr itu hr jumat bpk mau jumatan diperjalanan bpk kecelakaan tabrakan dan meninggal,hancur hatiku pernikahanku 3hr lg.aku menikah dg wali hakim.---kehilangan 
-harapan yg tinggi inilah yang mempengaruhi saya yg selalu obsesi do and be the best. kl gagal selalu ada perasaan ga ikhlas. seperti skrg jd irt biasa. sempat membuat saya minder banget.  ---kegagalan 

Konflik: seseorang dihadapi oleh dua atau lebih motif/ tuntutan yang bertentangan secara bersamaan
Contoh:
-sumber masalah utama adl ketergantungan finansial mrk (ortu suami-red) pd suami. hal tsb udh diwanti wanti ortu (saya-red) saat tau latar belakang keluarganya.  

Tuntutan/ Tekanan
Contoh:
-sbg anak pertama sy sll dtuntut untuk jd anak yang sempurna, slh dikit aj dpukulin,, dacaci maki… 
-Tapi saya deg2an gitu kalau diajarin papa, sring merasa terpaksa. Tapi mau gak mau. Dari kecil klo papa “gak liat saya belajar sdikit” aja, papa udah nakut2in, ya gaya nakut2in.  

Lalu gimana ya, supaya tidak stres?

Untuk mengatasi stres, manusia memiliki kemampuan coping stres.
Coping stres adalah cara kita mengatasi stres, dengan melakukan perubahan/ penyesuaian pikiran dan perilaku.

Tujuannya, untuk memperoleh rasa nyaman, mempertahankan keseimbangan emosi dalam diri sendiri dan tetap mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

kenapa harus coping?

Jika kita tidak melakukan coping, kita akan terus menerus tidak berdaya, dikuasai perasaan negatif seperti cemas, takut, tegang, juga pikiran negatif, sehingga kita tidak bisa berpikir jernih dan berpengaruh pada tindakan kita.

Supaya tidak marah-marah yang nggak jelas, atau malah nangis-nangis ‘sendirian’
Supaya tepat dalam mengambil keputusan
Supaya tetap berperilaku baik terhadap orang lain.

kenapa agar terus dapat berinteraksi dengan orang lain?

Karena kita makhluk sosial. Kita saling membutuhkan.
pernah merasa ‘sendirian’, tidak ada seorangpun yang memahami kita?
pasti merasa stres dan sangat kalut.

tidak jarang orang-orang yang merasa sendiri punya pikiran yang sangatttt negatif termasuk bunuh diri.
Naudzubillaah……..

Coping stres, yang akan kita bahas ada tiga macam:


1.  Problem focus coping

Dalam mengatasi masalah, kita mencari penyelesaian masalah untuk menghilangkan stres.
Membentuk strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, melibatkan tindakan teliti, hati-hati, bertahap dan analitis.

Contoh:
-  Pusing deh, anakku ngga doyan makan sayur bayam, yaudah, nanti bikin sayur sop aja.
-  Stres, rumah berantakan banget! Oke, kita kerjakan mulai dulu dari menyapu, lalu cuci baju, masak, dan cuci        piring…eeeh abis itu nyetrika!
-  Ayah maunya ikan, si bocah doyannya ayam, duh…. Masak apa yahh? Daripada pusing masak dua menu aja dehh.. hehe

Bisa juga dengan konfrontasi; memperjuangkan prinsipnya, keinginannya, menolak untuk berubah tapi berusaha merubah keyakinan/pikiran orang lain.

saat kami bertiga jln2 dan anak sy rewel di mobil, mama menakut-nakutinya dg polisi. sy geram, sy tepikan mobil ke pos polisi terdekat dan menyuruh anak sy menyalami mrk. sy ingin bilang pd mama, jgn lakukan itu pd anak2! mrk jg bs bermitra dg polisi tnp takut. begitu jg kala mama menakuti anak sy dg kata kecoa, malah bikin sy suruh anak sy melihat lihat kecoa di tempat saampah. untung anaknya pemberani.

Mengenai konfronstasi ini, sangat terkait dengan cara berkomunikasi, ada pembahasannya sendiri yaa


2.  Emotion focus coping

Mengatasi masalah dengan cara mengatur emosinya terlebih dahulu, tidak tergesa dalam bertindak.Yang penting, aku tenang dulu deh ya…

·   Bisa dengan ‘lari’ dari masalah untuk menenangkan diri, seperti makan, tidur, jalan-jalan.

Saya lebih milih menenangkan diri dengan mengurung diri di kamar. Nangis. dan tidur. Sempet mikir knapa orang2 kalau stres bisa jadi doyan makan (katanya: larinya ke makanan, jadi cepet gemuk) kalau saya sayangnya ngga, jadi ya susah gemuk.  

·   Bisa juga dengan cara mencari dukungan sosial, seperti curhat, mencari nasehat dan dukungan, cari perhatian orang atau misalnya, membuat status di media sosial.

·   Ada juga istilahnya katarsis, yaitu menyalurkan emosi yang terpendam/ melepaskan beban, misalnya menulis, corat-coret, teriak2 di pantai, dll.

·   Berdzikir, membaca al quran, atau mendengarkan murotal, apa aja deeh yang bisa menenangkan hati kita…..

daan, alangkah baiknya kita menenangkan hati dengan hal-hal yang positif


 3.  Spiritual focus coping

menyelesaikan masalah dengan mengembalikan kepada keyakinan dan nilai-nilai yang kita miliki.

# Masalah bisa selesai dengan cara kita merubah pola pikir terhadap masalah. Intinya, yang tadinya masalah, setelah dipikir-pikir lagi……. ahh itu bukan masalah kok!

Contoh:
hmm, becandaan anak2, buat kita yang dewasa dan telah mengenal nilai2 baik (walau belum tentu selalu mengaplikasikannya  ) terkadang memang kita anggap 'salah'.
padahal, kalo cuma sembur2an.. ya sudahlah..asal jangan bakar2an
kalo berantem2an,, ya sudahlah, asal jangan pake pisau
kendalikan dirimu.. tertawakan saja

# Menilai secara positif, yaitu usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan denganpengembangan diri, mencari hikmah dari masalah.

Contoh:
"gimana ya...ga tau jg bun,tp semangat,dan terus bismillah..minta sama Alloh utk dimudahkan,dan Alhamdulillah ank2 jd lbh nurut beberapa hr ini. yg jelas sy ga ingin jd ibu durhaka,sejak di sini ini sy jd semangat dan PD bhw sy pasti bisa sembuh,sy semangat dan merasa disini ada temen curhat tanpa menghakimi,tp membibing kita utk berubah baik. aku hanya berharap ank2ku memperlakukan kami ortuny kelak dgn baik jg,tentuny jk kami memperlakukan mereka dg baik jg.semoga jd ortu yg amanah agr kelak suatu saat titipan itu diambil pemilikny msh dlm keadaan baik,tdk cacat,luka,atau rusak T_T nangis haru...  #‎semangat... "

# Menerima, berserah diri, menerima apa yang terjadi padanya atau ikhlas dan mengambilnya sebagai pelajaran.

Contoh:
Diriku yang keras ini, adalah hasil didikan ibuku yang ‘keras’, aku menjadi tahan banting, tidak lemah, dan tidak mudah menyerah ketika ingin mencapai sesuatu.



Biasanya, satu orang memiliki satu coping yang terbiasa dilakukan.

Tapii, sebenarnya bagus sekali kalau bisa dipakai ketiganya, karna setiap masalah memiliki konteks yang berbeda.

Jadi, semakin fleksibel kita menggunakan coping sesuai konteks, semakin baik adaptasi kita terhadap masalah.

Cuma ya, lakukan senyamannya saja, asal masalah benar-benar dapat solusi yang baik.


Daan, dalam Islam pun telah dijelaskan, mengenai coping, yang terlihatnya mudah, namun sulit untuk di aplikasikan, yaitu sabar dan shalat.

“ Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadanya.” (Surat Al Baqarah: 45-46)

Gunakanlah kesabaran dengan seluruh bentuknya sebagai penolong kalian dalam menghadapi semua urusan kalian. Demikian pula shalat itu benar-benar berat kecuali atas orang-orang yang khusyuk. Yaitu orang-orang yang takut kepada Allah dan berharap apa yang ada di sisi-Nya. Mereka yakin bahwa mereka akan berjumpa dengan Robb mereka setelah kematian, bahwa mereka akan kembali kepada-Nya di Hari Kiamat untuk menghadapi hisab dan menerima balasan (Tafsir Al Muyassar hal 27)

Juga dengan ayat ini,
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Wahai Tuhan kami, janganlah Engaku bebani kami dengan beban berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (Surat Al Baqarah: 286)

Dan mungkin masih banyak lainnya (yg perlu terus kita pelajari) yang ada dalam Al Quran, hadits, termasuk do’a dan dzikir yang diajarkan Rasulullah salallahu ‘alaihi wasalam.

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar