Rabu, 25 Mei 2016

Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal

Oleh Innu Virgiani

Definisi Kecerdasan Intrapersonal:

Kemampuan memahami diri sendiri & bertindak berdasarkan pemahaman tersebut, yang meliputi

🌺 kemampuan memahami kekuatan dan keterbatasan diri (+ / -)

🌺 kesadaran akan suasana hati, kehendak, motivasi, sifat, keinginan,

🌺 kemampuan berdisiplin diri, dan menghargai diri.

Jadi,

Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan intrapersonal adalah:

- Kemampuan mengenali identitas/jati diri
- Kemampuan memahami kelebihan dan kelemahan diri
- Kemampuan mengendalikan dan memotivasi diri

------------

Mengapa penting?

Untuk kemudahan dan 'kebahagiaan' hidup.

👉🏻seseorang yang lebih mengenal dirinya, lebih memudahkan orang lain untuk tau harus bagaimana dengan orang tersebut

👉🏻seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik, dapat mengambil keputusan dengan cukup baik, ga pake laamaaaaa banget, ragu-ragu dan gampang berubah-ubah.

Misalnya: ke dokter, udah tau kira2 bagian mana yang sakit,

Ke psikolog, dengan beberapa pertanyaan di awal sudah dapat menjelaskan kira2 apa masalahnya dan faktor2 apa saja penyebabnya

Dalam hubungan pertemanan, dapat memiliki hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya karena tahu apa kebutuhan, keinginan sebagai teman2.. Dan dapat menyesuaikan diri dalam pertemanan lebih baik

Dalam sekolah, kuliah, bekerja, dapat lebih optimal menyelesaikan tugas2nya karena pilihan sekolah, kuliah, kerja, sesuai dengan dirinya, sehingga hanya butuh sedikit adaptasi dan dapat lebih mudah deal dengan masalah-masalah.

Dalam pernikahan dapat lebih menjalin kehangatan dengan suami dan anak2 karena dengan pemahaman diri yang baik, dan dapat membawa diri sehingga memudahkan pasangan dan anak2 memahami apa maunya kita, dlsb.

-----------

Pada dasarnya, mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak adalah dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Sehingga anak tau kalau dirinya punya kemampuan2, anak merasa PD dan pada akhirnya mau dan produktif melakukan suatu hal sendiri.

Hal-hal yang perlu dilakukan ortu:

1. Biarkan anak melakukan hal-hal sendiri, sesuai dengan kemampuan nya, jangan selalu dibantu begitu anak mendapat masalah.. Namun semangati, berikan kepercayaan dan keyakinan kalau anak bisa, mampu, berani, dlsb. Agar anak tau kalau dia mampu dan bisa tanpa bantuan kita.. Agar kita tau juga sebenarnya anak mampu/tidak dan butuh berapa lama.. Dan tau perkembangan kemampuannya juga. Kita juga bisa tau, apakah anak suka/tidak, punya bakat dan minat dalam suatu hal tertentu atau tidak. Karena kalau sedikit2 dibantu dan hasilnya baguuus (iyalah, ortu yang ngerjain 😁 kita jadi ngga tau kemampuan anak, dan anak juga merasa tergantung pada ortu, kurang stimulasi, atau bahkan ngerasa ngga dipercaya, boro2 minat dan kemampuannya berkembang).

2. Berikan anak pilihan, dan biarkan anak mengambil keputusan. Walau mungkin masih akan tawar menawar, dan akhirnya ngga jadi dengan pilihannya tersebut, ga masalah, trus dilatih saja..

Yang sederhana dulu saja: pilih pakai baju yang mana, ke taman atau ke toko, mandi dulu atau gosok gigi dulu, dlsb.

Agar ke depannya anak mengambil keputusan penting, misalnya ambil jurusan apa, cita2, kuliah, menikah, kerja, dll yang terkait kehidupannya, ngga ragu2, tau kelebihan kekurangannya, dan terlatih menimbang2 baik/buruk terhadap suatu hal

3. Stimulasi anak dengan berbagai pertanyaan, dan biarkan anak menjawabnya.. Mungkin anak butuh waktu berpikir.. Mmm... Atau agak gagap di awal kalimat,

Jangan dipotong, tahan.. Sabar.. Dengarkan baik2.. Atau semangati anak.. Jangan tertawakan anak yang sedang dalam proses berpikir meskipun agak ga gap ketika berbicara.

Jawaban anak tidak sesuai harapan orang tua? Gapapa, kan latihan 😘

Stop untuk malas mendengar.. Ortu tidak selalu lebih tau lebih pintar lebih jago segala hal dari anak..

Semakin anak bertumbuh, beri pertanyaan yang lebih menantang, kalau perlu dengan tugas tertentu/eksperimen tertentu =))

Ketika kita tidak setuju dengan pendapat anak, berikan pertanyaan lain agar anak kembali berpikir, bukan langsung mematahkan pendapatnya.

Pertanyaan yang bisa diajukan: pertanyaan sederhana ttg apa yang dilihat didengar dirasakan anak di lingkungan (bisa pendapat pribadi terkait bercerita, deskripsi, menilai, mengkritisi, memberi masukan, dlsb)

Pertanyaan terkait diri dan karakter anak

Pertanyaan yang terbuka/bebas.. Jadi bukan jawaban ya/tidak saja..

Ya /tidak, boleh2 saja sebenarnya, tapi gali alasannya juga

4. Sesekali berikan waktu anak untuk sendiri mengeksplorasi diri dan lingkungannya

Ortu, pengasuh ngga harus selalu ada di samping anak dengan kasat mata kok

👉🏻 pastikan aman ya 😘

Me Time Untuk Kestabilan 'Keterampilan Intrapersonal' Ibu dan Keharmonisan Keluarga

Oleh Innu Virgiani

Setiap kali mendengar kata Me Time, apa yang Bunda pikirkan?

Kumpul-kumpul bersama teman-teman di luar rumah seharian?

Menghabiskan waktu berjam-jam di salon kecantikan (dan uang)?

Atau Me time adalah kegiatan untuk Ibu-ibu baper dan kurang menikmati tanggung jawab sebagai Ibu?

Me time adalah konspirasi barat untuk melemahkan Ibu-ibu Muslimah?

Me time itu menghabiskan waktu yang banyak?

Jika itu yang Teman-teman pikirkan, yuk kita lihat Me Time dari sudut pandang yang lain..

Definisi

Me time adalah aktivitas penting yang harus diperhatikan dan dijadwalkan oleh seseorang untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan yang benar-benar ia sukai untuk dirinya sendiri dengan dirinya sendiri atau orang2 yang diharapkan.

Manfaat Me time

Me time bermanfaat untuk kesehatan fisik, psikis, pengasuhan anak pada seorang Ibu.

Tanpa me time, seorang Ibu akan merasa sering lelah secara fisik, pegal, back pain, stres, depresi, dan sulit mengontrol emosi, yang tentunya akan sangat berpengaruh pada fisik, mentalnya, serta pola pengasuhan yang 'sejadi2nya' karena Ibu tidak punya waktu untuk memikirkan diri sendiri dan memberi ruang untuk berefleksi tentang dirinya, memahami kelebihan dan hal-hal yang perlu ditingkatkan lagi dari dirinya, dll.

Kesehatan fisik-emosional-perilaku berhubungan satu sama lain.

Selain itu, dengan Me time, seseorang dapat menunjukkan bahwa ia berharga dan pantas dihargai orang lain.

Me time juga membantu seorang Ibu dalam menjadi role model atau contoh yang baik untuk anak-anaknya. Karena dengan kondisi fisik mental yang baik, insyaa Allah seorang Ibu dapat lebih baik dalam menjalankan kesehariannya merawat dan mendidik anak-anak.

Dalam hubungan suami istri, istri yang bahagia dan puas dengan dirinya dapat berinteraksi lebih positif dengan pasangannya, baik dalam keterbukaan satu sama lain, pemenuhan kebutuhan seksual, komunikasi yang lebih nyambung, saling mendukung, dlsb.

Bentuk Me time

Bentuk me time yang dibutuhkan tiap orang berbeda-beda tergantung dengan kesukaan orang tersebut.

Misal: ada yang suka sendirian, atau bersama anak atau pasangan melakukan aktivitas menyenangkan, dlsb.

Durasi Me time

Durasi me time pun berbeda-beda tergantung dengan kesukaan orang tersebut.

Misal: ada Ibu yang butuh 30 menit per hari untuk sendirian, sekedar minum teh/kopi dan baca buku, ada yang butuh 45 menit di kamar mandi seminggu sekali, ada yang butuh 1 jam di Mesjid sepekan sekali, ada yang memilih nonton di bioskop 2-3 jam per bulan, atau ada yang memilih 1 jam untuk tahajud, baca Al Quran, atau berolahraga setiap harinya, dlsb.

Sinyal seseorang perlu Berpikir dan meluangkan waktu untuk Me time

1. Terlalu sensitif
Merasa teriakan atau tangisan anak begitu menganggu, suara mobil/kereta yang bising atau bahkan semilir angin membuat stres, kesalahan kecil diri sendiri/orang lain direspon dengan begitu besar, dll.

2. Berbicara sebelum berpikir
Terlalu mudah mengomel dan kemudian menyesalinya, sulit mengontrol verbal ketika bertemu suatu masalah, dlsb

3. Terlalu banyak merasa cemas akan hal-hal dalam keseharian.. Baik hal kecil maupun besar

4. Terlalu mudah lelah

5. Sulit merasa bahagia atau menikmati hidup, sulit menangkap canda dan tawa

6. Hampir selalu terburu-buru, merasa dikejar-kejar waktu dan melakukan hal-hal seolah tanpa perencanaan

7. Secara konstan meras selalu stres dan punya masalah

Merencanakan Me time

Me time dibutuhkan oleh setiap orang, laki-laki, perempuan, dewasa bahkan juga anak-anak.

Sebelum meluangkan waktu untuk Me time, ada hal-hal yang perlu dipahami oleh seseorang:

1. Me time penting untuk diri sendiri dan keluarga

Me time tidak hanya bermanfaat untuk Ibu, tapi juga anggota keluarga lainnya.. Ibu yang seimbang memperhatikan dirinya dapat berperan lebih optimal dalam menjalankan tugasnya dalam keluarga.

2. Me time tidak menghabiskan banyak waktu

Rencanakan Me time dan lakukan dalam kehidupan nyata, minimal 15 menit tiap pekannya. Misalnya untuk sekedar relaksasi, merendam kaki di air hangat dengan taburan garam, dlsb.

Merencanakan Me time dan melakukannya dengan baik dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. Kalau perlu pasang alarm untuk me time, dan lakukan..!

3. Hindari perasaan bersalah, egois dlsb

Karena me time sebenarnya dibutuhkan setiap orang, lho.. Ngga cuma ibu

Bahkan suami-suami setiap pulang dari kantor pasti butuh waktu untuk 'berkonsentrasi' sendirian, bukan..

4. Niatkan Me time untuk merawat diri (fisik, mental, spiritual, perilaku) dan dengan melakukan hal-hal yang memang bermanfaat.

Me time bukan untuk menghabiskan waktu seharian, uang dan hal2 yang ternyata berujung pada ketidakmanfaatan.

5. Me time tidak harus sendirian, tapi juga dapat dilakukan bersama orang-orang tercinta (pasangan, anak-anak, keluarga, teman2, dll).

Semoga bermanfaat ✅

Jumat, 04 Maret 2016

Menanamkan Perilaku Positif dan Menghilangkan Perilaku Negatif

Menanamkan Perilaku Baik Atau Menghilangkan Perilaku Negatif Anak

Oleh: Innu Virgiani

Bismillaaah

Assalamu'alaikum Teman-teman semua, alhamdulillaah pada saat ini saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Teman-teman, untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman seputar tema bagaimana menanamkan karakter baik (membiasakan anak berperilaku baik) atau menghilangkan perilaku negatif pada anak.


Saat ini saya akan buka diskusi tentang ini dengan mengenalkan tahapan perkembangan bayi hingga usia balita.


Menurut Erik Erikson(1963), ada 8 tahap perkembangan psikosial manusia. Sejak usia bayi hingga usia balita,  ada 3 tahap, yaitu:
1. Trust vs Mistrus
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).

Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah MEMBUAT BAYI PERCAYA KEPADA LINGKUNGAN
Dalam Islam, fase ini adalah masa bayi (0 hingga 2 tahun)
Pada fase ini orang tua anak perlu untuk mengembangkan kasih sayang secara dua arah dimana ibu memberikan kasih sayangnya dan dalam waktu bersamaan juga menstimulus/ mengembangkan kemampuan anak memberikan respon terhadap kita.
Caranya?
a. Caregiver SIAP untuk SELALU bersikap penuh kasih sayang, lembut dan sabar kepada anak.
b. Peka kebutuhan bayi. Tetap sabar, penuh kasih sayang, dan lembut dalam menstimulus fisik anak, menerima perasaan-perasaan bayi dan tidak membiarkan bayi menangis terlalu lama.
c Tidak membandingkan-bandingkan perkembangan bayi karena tiap bayi punya perkembangan unik masing-masing.
d. Komunikatif dengan bayi.
e. Perbanyak sentuhan fisik yang penuh kasih sayang... pelukan, ciuman, usapan, belaian, dll...
f. Perbanyak juga kata-kata positif

2. Otonomy vs shame and doubt (Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu)
Tahap ini  berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood).
Dalam Islam, masa anak-anak (2-7 tahun atau disebut dengan fase thufulah)
Pada fase inilah merupakan fase penting memberikan pondasi dasar tauhid pada anak melalui cara aktif agar anak terdorong dan memiliki tauhid aktif dimana anak mau melakukan sesuatu yang baik semata menurut Allah.
Fase ini fase penting penanaman pondasi bagi anak. Tinggal cari cara nih bagaimana menerapkannya.
Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah MEMBUAT ANAK PERCAYA DIRI

Caranya?
a. Caregiver selalu berkata- kata positif, siap untuk menyemangati anak ketika melakukan sesuatu, memberikan pujian, bersyukur, berterimakasih untuk anak.. dan tentunya, penting bagi caregiver untuk punya stok perbendaharaan kata yang tepat untuk setiap situasi.
b. Menyiapkan rumah yang aman agar anak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bereksplorasi.
c. Berempati dan melatih anak2 untuk mengenali emosinya.. apakah ia sedang marah, kesal, senang, sedih, bahagia, dll
d. Sejak anak memasuki usia 2 tahun, fase ini adalah waktunya bagi ortu mengenalkan 'peraturan' tegas dan konsisten namun tetap dengan penuh kelembutan dan kasih sayang... karena masa-masa ini apalagi setelah fisik nya lebih sempurna, anak akan akan semakin giat mengeksplorasi ini itu dan kita akan mulai mengalami sendiri bagaimana tantrum pada anak =))
Mengapa sejak awal kita harus lembut?
Karena harapannya, sejak awal kita ingin memiliki anak yang berhati LEMBUT. sehingga kalau anak 'macem2' di usia ini dan ke depannya, kita ngga perlu ngomel2 luar biasa untuk mengingatkannya..
e. Orang tua terus berlatih untu berpikir positif..! tidak judging apalagi labelling

3. Inisiatif vs Guilt ( Inisiatif vs rasa bersalah)
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age).
Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah penanaman semua nilai-nilai/karakter baik dalam berbagai situasi dengan cara yang baik pula
Caranya?
a. Dengan mengajarkan dan menjadi contoh (uswah/keteladanan) dalam mengerjakan amalan -amalan utama, yaitu bertauhid pada Allah, sholat tepat waktu, berbakti pada orang tua
b. Mengajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan fisiologis diri dan menjaga diri
c. Mengajarkan anak-anak untuk mengenali 'fungsi' nya dalam lingkungan
d. Terus berikan kebebasan dan arahan pada anak untuk bereksperimen dalam lingkungannya,
e. Aturan terus berikan dengan konsisten.
Keterbatasan kognitif anak membuat anak tidak bisa langsung mencerna dan mengaplikasikan nilai2 baik yang kita ajarkan... benar-benara butuh kesbaran dan pengulangan-pengulangan..... agar mereka dapat 'deal' dengan aturan lingkungan.. dapat mulai mampu untuk mengontrol dan menguasai diri ketika ingin sesuatu..

Nah, bagaimana jika perilaku negatif anak sudah terbentuk? Bagaimana cara menghilangkannya?

Pola pikir yang harus dipahami disini adalah, karakter anak masih akan terus berkembang pada masa-masa selanjutnya dan belum menjadi pribadi yang ajeg atau menetap, hingga mencapai usia 40 tahun nantinya. Oleh karena itu, orang tua harus terus bersemangat dan memberikan stimulus yang positif pada anak.

Untuk anak usia di bawah 5 tahun, perilaku negatif yang mereka lakukan, biasanya adalah berupa

1. Coba-coba, dalam rangka mengeksplorasi kemampuan diri mereka

Jika yang terjadi adalah yang pertama, yang perlu dilakukan adalah menyiapkan lingkungan yang aman bagi anak. Sejak awal menjelaskan pada anak apa yang boleh atau tidak. Ketika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, langsung distop dengan cara yang baik. Gunakan kalimat 'mantera' seperti

“Semua ada caranya”
“Semua ada waktunya”
“Semua ada tempatnya”

dengan penjelasan yang diberikan sesuai dengan usia mereka.

Setiap kali anak berlaku baik, beri pujian 'setinggi-tingginya'
Jika anak berlaku tidak baik, beri respon dengan nada biasa, misalnya 'Oh..'.. 'tidak, itu berbahaya'.. Jika anak melakukan berulang-ulang berarti anak masih ingin terus melihat reaksi kita... terus konsisten berlaku 'cool' untuk tidak memberikan ruang 'reward' bagi anak.


2. Coba-coba untuk meminta perhatian dari orang tua yang lalai atau cuek

Respon orang tua, membuat anak belajar.

Jika orang tua memberikan kasih sayang yang cukup, biasanya anak akan sangat mudah dikendalikan.

Jika orang tua cenderung mengabaikan, anak akan belajar 'ga ada gunanya menangis... kalau sedih ya tahan sendiri, alihkan ke hal lain karena menangis pun orang tuaku ngga akan peduli. Hal ini mungkin terkesan 'enak' untuk ortu karena anak akan 'sibuk' sendiri, tidak menganggunya.. Namun di kemudian hari akan menjadi bibit-bibit perilaku negatif atau antisosial yang sangat menyulitkan orang tua.

Jika orang tua tidak konsisten, misalnya 1 waktu perhatian, di waktu lain tidak, hal ini akan membuat anak belajar bahwa untuk mendapatkan perhatian orang tua, ia harus menangis dulu, merengek dulu atau melakukan hal lain yang membuat orang tua 'menyerah'.


3. Melihat contoh yang buruk dari lingkungan dan akhirnya menjadi kebiasaan
Jika hal ini merupakan hasil dari kelalaian orang tua yang mungkin awalnya tidak disadari, untuk mengubahnya benar-benar dibutuhkan penerimaan diri dari orang tua untuk memaafkan anaknya, juga terutama memaafkan dirinya karena tidak ada gunanya menyalahkan diri, menyalahkan masa lalu yang tidak akan terulang. Penting bagi orang tua untuk berempati (menempatkan diri pada posisi anak) ketika akan memberi respon. Minta maaf pada anak, memberikan sentuhan lembut dengan tulus dan mengajak anak untuk berubah bersama-sama. Untuk anak usia di bawah 5 tahun in syaa Allah hal ini masih cukup mudah dilakukan. Namun untuk usia di atas 8 tahun, butuh usaha yang lebih keras pada orang tua untuk membuat anak dapat bersikap baik. Wallohu a'lam.

Tambahan

Bahwa sesungguhnya perkembangan manusia berjalan secara berkesinambungan

Dan pengenalan peraturan dapat mulai diterapkan saat usia anak 2 tahun dan dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu

Bagaimana anak paham tentang apa maksud dan tujuan orang tua

Pengenalan peraturan tidak sebatas reward punisment

Tapi bagaimana orang tua dapat memenangkan hati anak

Dan itu sangat pelan pelaaaaan sekali

Anak usia 6-7 tahun seharusnya sudah dapat mengenal pola asuh orang tua yang konsisten

Sebelum usia itu

Benar2 butuh pengulangan dan kesabaran orang tua baik dari cara mengenalkan aturan dan cara komunikasi

Nah, terkait usia anak saat ini (8tahun), sejak usia 6-7 tahun, anak memasuki fase baru dalam kehidupannya,

Industry versus inferiority

Maksudnya industry adalah produktif

Produktif disini juga merupakan masa2 adaptasi anak

Dan masa adaptasi orang tua juga tentunya

Karena anak2 mulai punya 'gaya baru' lagi

Bunda tidak perlu khawatir, dan teruslah konsisten dengan peraturan


Terus berikan anak pemahaman.. Juga perhatian yang detail, setiap kali anak melakukan kebaikan trus semangati

Oleh karena itu, in syaa Allah hal ini sangat normal terjadi

Yang membuat anak merasa 'harus' produktif

Kebanyakkan orang tua memberikan punishment ketika anak melanggar


Namun ketika anak melakukan hal2 sesuai aturan, berpikir 'memang sudah seharusnya bgitu'

Padahal yang jauh lebih sulit daripada mekanisme reward and punishment adalah memaintenance perasaan anak.. Menjaga perasaan anak, semangat anak, keinginan anak yang saat ini sudah mengenal lingkungan baru dan hal2 baru lain di dunianya

Jadi

1. Acceptance

Terima anak, perilakunya secara utuh

Pahami bahwa anak saat ini masih belajar aturan2 baru yang masih angin2an dan dapat terpengaruh banyak hal di luar dirinya

2. Maafkan anak dan berempati bahwa ia punya alasan

Alasan yang mungkin bagi kita 'tidak nyambung'

3. Trus komunikasikan dg baik.. Jangan terlalu bergantung pada reward dan punishment (kesepakatan)

Karena anak butuh dipahami

Sekaligus ajak anak kembali untuk patuh pada aturan...

Barokalloohu fiik

Bermain aktif dan pasif

📚 JENIS Dan MACAM-MACAM KEGIATAN BERMAIN

Oleh: Nita Silvianti

📌 Kegiatan bermain menurut jenisnya dibedakan menjadi kegiatan bermain AKTIF dan kegiatan bermain PASIF.

📌 Secara umum, bermain aktif banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal, sedangkan bermain pasif mendominasi masa akhir anak-anak. TETAPI bukan berarti kegiatan bermain aktif akan hilang dan digantikan dengan bermain pasif sebab kedua jenis kegiatan bermain ini akan selalu ada bersama.

1⃣ Bermain Aktif

🔹 Definisi: kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Atau kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.

🔹 Macam-macam Kegiatan Bermain Aktif
▶ Bermain Bebas dan Spontan
- Dilakukan dimana saja, dengan cara apa saja dan berdasarkaan apa yang ingin dilakukan.
- Tidak ada peraturan.
- Bila menemukan hal yang baru/menantang
- Usia 3 bulan s.d 2 tahun
- Manfaat: melatih respon panca indera, koordinasi sensori motorik, melatih kemandirian, memperoleh pengetahuan baru (mis. Hubungan sebab akibat)

▶Bermain Konstruktif
- Kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya.
- Manfaat: mengembangkan kreativitas, melatih motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan, daya tahan. Kalau berhasil --> rasa puas, penghargaan sosial yg memotivasi
- contoh: menggambar, playdough, menggunting & menempel, puzzle dll.

▶ Bermain Khayal/Bermain Peran
- Anak memberikan atribut tertentu terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih.
- Melibatkan penggunaan bahasa.
- Usia 2 s.d 7 atau 8 tahun.
- Bersifat produktif/kreatif (memasukkan unsur-unsur baru terhadap situasi yang biasa diamati anak sehari-hari) atau reproduktif (pengulangan dari situasi yang diamati anak sehari-hari)
- Anak melakukan impersonalisasi
- Manfaat: membantu adaptasi, belajar aturan-aturan dan peran tokoh tertentu, belajar problem solving dari sudut pandang tokoh yang diperankan (pemahaman sosial), perkembangan bahasa.

▶ Mengumpulkan Benda/Koleksi
- Atas inisiatif dan minat anak.
- Usia 3 tahun ke atas.
- Koleksi berdasarkan kesukaan -> bertukar koleksi -> mengatur koleksi secara sistematik
- Muncul perasaan puas dan bangga
- Manfaat: Adaptasi (belajar berbagi, bekerjasama dengan teman, bersikap jujur, berkompetisi)

▶ Eksplorasi
- Bayi = bermain bebas dan spontan.
- Anak lebih besar, eksplorasi dilakukan secara terencana.
- Diarahkan dan dibimbing orang dewasa.
- Contoh: berkemah, karyawisata
- Manfaat: menambah pengetahuan, mendorong anak untuk mencari tahu hal-hal baru, mendukung kepribadian positif (inisiatif, bersikap tenang dalam menghadapi masalah, sportif, percaya diri), alat bantu untuk bersosialisasi dan adaptasi.

▶ Games dan Olahraga
- Adanya aturan dan persyaratan yang disetujui bersama.
- Olahraga = kontes fisik. Games = kontes fisik atau kontes mental.
- Contoh games anak-anak:
* games bayi sampai usia 1 tahun; cilukba, petak umpet, pantun
* games individual, usia 4 atau 5 tahun, berkompetisi dengan diri sendiri; melompati halang rintang, melompat dengan satu kaki, memantulkan bola, meniti
* games bersama teman, biasanya diarahkan oleh anak yang lebih besar; petak umpet, pencuri dan polisi, lompat tali, kejar-kejaran
* games beregu, usia 8-10 tahun, aturan dan kompetisi yang lebih tinggi; bola basket, sepak bola
* games indoor; main kartu, ular tangga, monopoli
- Manfaat: agen sosialisasi ( bekerjasama, leadership, followership), menilai keterampilan dan kemampuan diri sendiri dengan membandingkannya dengan teman sebaya.

▶ Musik
- Bernyanyi, bermain alat musik, melakukan gerakan atau tarian diiringi musik
- Manfaat: ekspresi diri, sosialisasi, memupuk rasa percaya diri, kreativitas.

📋 note: Dalam islam hukum musik adalah haram

▶ Melamun
- Melibatkan aktivitas mental
- Bersifat reproduktif (mengenang peristiwa yang dialami) dan produktif (kreativitas dengan memasukkan unsur baru)
- Usia SD
- Menggantikan bermain khayal dan mencapai puncaknya pada saat remaja.
- Positif bila lamunan memberikan dorongan untuk melaksanakan ide-ide positif. Negatif bila sebagian besar waktu habis untuk melamun dan tidak realistik.

2⃣ Bermain Pasif
🔹 Definisi: kegiatan dimana anak memperoleh kesenangan bukan berdasar kegiatan yang dilakukannya sendiri.
🔹 Lebih digemari anak usia remaja
🔹 Sebagai hiburan
🔹 Sebagai pelengkap bermain aktif
🔹 Manfaat bermain pasif:
- Sumber pengetahuan
- Menambah perbendaharaan kata dan paham penggunaannya dalam berkomunikasi
- Melakukan identifikasi dengan tokoh cerita sehingga anak memiliki pemahaman sosial untuk beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat
- Membantu anak menangani masalah emosional dari pengalaman tokoh cerita
- Hiburan merupakan penyaluran kebutuhan dan keinginan anak yang tidak mungkin diwujudkan dalam kehidupan nyata
- Anak belajar mematuhi aturan-aturan dan harapan masyarakat dari tokoh cerita
- Menunjang perkembangan intelektual anak
- Dapat menjadi ilham dan motivasi anak untuk berkreasi
- Mencontoh dan membantu perkembangan kepribadian yang sehat dari tokoh cerita
🔹Kegiatan bermain pasif: membaca, melihat komik, menonton film, mendengarkan radio, mendengarkan musik

3⃣ Perlunya Keseimbangan dan Variasi Kegiatan Bermain
🔹 Jika anak hanya terpaku pada salah satu jenis kegiatan bermain saja, tidak banyak manfaat yang dapat dipetik.
🔹 Sisi negatif bila kegiatan bermain tidak seimbang:
- mempengaruhi penyesuaian terhadap diri pribadi maupun penyesuaian sosial
- Mengurangi kesempatan untuk melakukan kegiatan bermain yang beraneka ragam sehingga kesempatan menemukan kebutuhan bermain yang sesuai dengan dirinya juga kecil
- bila bermain anak terlampau dibatasi akan mengurangi perkembangan minat bermain yang sebenarnya dapat dikembangkan menjadi hobi di kemudian hari.

(Diedit dari buku Bermain, Mainan dan Permainan; Tedjasaputra, Mayke S.)

Semoga bermanfaat

Barakallahu fiikum

Selasa, 05 Januari 2016

Bunda Elly Risman: Peterpan Syndrome and Cinderella Complex

Bunda Elly Risman : Peter Pan Syndrome, Cinderella Complex dan Adverisity Quotient Ditentukan Lewat Pola Asuh di Rumah

Peter Pan Syndrome vs Cinderella Complex dalam upaya pencegahan perceraian dini, begitu tema seminarnya. Waktu pertama kali dengar saya pikir ini kurang relevan untuk saya karena anak-anak masih kecil, belum lagi remaja. Jangankan bicara cerai, bicara nikah aja belum terpikirkan.

Hukum Menirukan Suara Binatang


HUKUM MENIRUKAN SUARA BINATANG


Seringkali ketika kita bercerita kepada anak-anak, kita menirukan suara-suara binatang dalam rangka mendekatkan pemahaman mereka atau untuk menarik perhatian mereka. 🏾 Akan tetapi bagaimana sebenarnya hukum menirukan suara binatang tersebut?

Lanjutan Diskusi Manajemen Marah (Kaitannya dengan Kognitif)

Rangkuman Diskusi Lanjutan Manajemen Marah (Kaitannya dengan Kognitif anak)
7 November 2015

Bunda ID:  Bagaimana cara teleportasi ketika marah banget?  Hihihihi

Admin V:  Simpelnya: Buat anak2, lobus frontal/ ada yang bilang neofrontal/ intinya eksekutif (pusat berpikir) dan pusat emosi/amigdala, baru terbentuk dg baik di masa kanak2 awal / diawali di usia 4 tahun
Nah, sebelum itu, yang udah ada adalah batang otak/otak reptil yang cara kerjanya adalah lawan, serang atau kabuur, menghindar..!
Anak kalau dimarahi
Kalau ngga melawaaaan..!
Ya 'mengkeret' kabur, tak acuh..
Kalau keseringan dimarahi, otak reptilnya terstimulus dg sangat baik. Sehingga dalam situasi apapun, yang agak tenang sekalipun, otak reptil yang akan dominan bekerja duluan.. Begitu seterusnya..