Jumat, 04 Maret 2016

Menanamkan Perilaku Positif dan Menghilangkan Perilaku Negatif

Menanamkan Perilaku Baik Atau Menghilangkan Perilaku Negatif Anak

Oleh: Innu Virgiani

Bismillaaah

Assalamu'alaikum Teman-teman semua, alhamdulillaah pada saat ini saya diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Teman-teman, untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman seputar tema bagaimana menanamkan karakter baik (membiasakan anak berperilaku baik) atau menghilangkan perilaku negatif pada anak.


Saat ini saya akan buka diskusi tentang ini dengan mengenalkan tahapan perkembangan bayi hingga usia balita.


Menurut Erik Erikson(1963), ada 8 tahap perkembangan psikosial manusia. Sejak usia bayi hingga usia balita,  ada 3 tahap, yaitu:
1. Trust vs Mistrus
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).

Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah MEMBUAT BAYI PERCAYA KEPADA LINGKUNGAN
Dalam Islam, fase ini adalah masa bayi (0 hingga 2 tahun)
Pada fase ini orang tua anak perlu untuk mengembangkan kasih sayang secara dua arah dimana ibu memberikan kasih sayangnya dan dalam waktu bersamaan juga menstimulus/ mengembangkan kemampuan anak memberikan respon terhadap kita.
Caranya?
a. Caregiver SIAP untuk SELALU bersikap penuh kasih sayang, lembut dan sabar kepada anak.
b. Peka kebutuhan bayi. Tetap sabar, penuh kasih sayang, dan lembut dalam menstimulus fisik anak, menerima perasaan-perasaan bayi dan tidak membiarkan bayi menangis terlalu lama.
c Tidak membandingkan-bandingkan perkembangan bayi karena tiap bayi punya perkembangan unik masing-masing.
d. Komunikatif dengan bayi.
e. Perbanyak sentuhan fisik yang penuh kasih sayang... pelukan, ciuman, usapan, belaian, dll...
f. Perbanyak juga kata-kata positif

2. Otonomy vs shame and doubt (Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu)
Tahap ini  berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood).
Dalam Islam, masa anak-anak (2-7 tahun atau disebut dengan fase thufulah)
Pada fase inilah merupakan fase penting memberikan pondasi dasar tauhid pada anak melalui cara aktif agar anak terdorong dan memiliki tauhid aktif dimana anak mau melakukan sesuatu yang baik semata menurut Allah.
Fase ini fase penting penanaman pondasi bagi anak. Tinggal cari cara nih bagaimana menerapkannya.
Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah MEMBUAT ANAK PERCAYA DIRI

Caranya?
a. Caregiver selalu berkata- kata positif, siap untuk menyemangati anak ketika melakukan sesuatu, memberikan pujian, bersyukur, berterimakasih untuk anak.. dan tentunya, penting bagi caregiver untuk punya stok perbendaharaan kata yang tepat untuk setiap situasi.
b. Menyiapkan rumah yang aman agar anak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bereksplorasi.
c. Berempati dan melatih anak2 untuk mengenali emosinya.. apakah ia sedang marah, kesal, senang, sedih, bahagia, dll
d. Sejak anak memasuki usia 2 tahun, fase ini adalah waktunya bagi ortu mengenalkan 'peraturan' tegas dan konsisten namun tetap dengan penuh kelembutan dan kasih sayang... karena masa-masa ini apalagi setelah fisik nya lebih sempurna, anak akan akan semakin giat mengeksplorasi ini itu dan kita akan mulai mengalami sendiri bagaimana tantrum pada anak =))
Mengapa sejak awal kita harus lembut?
Karena harapannya, sejak awal kita ingin memiliki anak yang berhati LEMBUT. sehingga kalau anak 'macem2' di usia ini dan ke depannya, kita ngga perlu ngomel2 luar biasa untuk mengingatkannya..
e. Orang tua terus berlatih untu berpikir positif..! tidak judging apalagi labelling

3. Inisiatif vs Guilt ( Inisiatif vs rasa bersalah)
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age).
Poin pembentukan karakter yang harus diperhatikan pada masa ini adalah penanaman semua nilai-nilai/karakter baik dalam berbagai situasi dengan cara yang baik pula
Caranya?
a. Dengan mengajarkan dan menjadi contoh (uswah/keteladanan) dalam mengerjakan amalan -amalan utama, yaitu bertauhid pada Allah, sholat tepat waktu, berbakti pada orang tua
b. Mengajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan fisiologis diri dan menjaga diri
c. Mengajarkan anak-anak untuk mengenali 'fungsi' nya dalam lingkungan
d. Terus berikan kebebasan dan arahan pada anak untuk bereksperimen dalam lingkungannya,
e. Aturan terus berikan dengan konsisten.
Keterbatasan kognitif anak membuat anak tidak bisa langsung mencerna dan mengaplikasikan nilai2 baik yang kita ajarkan... benar-benara butuh kesbaran dan pengulangan-pengulangan..... agar mereka dapat 'deal' dengan aturan lingkungan.. dapat mulai mampu untuk mengontrol dan menguasai diri ketika ingin sesuatu..

Nah, bagaimana jika perilaku negatif anak sudah terbentuk? Bagaimana cara menghilangkannya?

Pola pikir yang harus dipahami disini adalah, karakter anak masih akan terus berkembang pada masa-masa selanjutnya dan belum menjadi pribadi yang ajeg atau menetap, hingga mencapai usia 40 tahun nantinya. Oleh karena itu, orang tua harus terus bersemangat dan memberikan stimulus yang positif pada anak.

Untuk anak usia di bawah 5 tahun, perilaku negatif yang mereka lakukan, biasanya adalah berupa

1. Coba-coba, dalam rangka mengeksplorasi kemampuan diri mereka

Jika yang terjadi adalah yang pertama, yang perlu dilakukan adalah menyiapkan lingkungan yang aman bagi anak. Sejak awal menjelaskan pada anak apa yang boleh atau tidak. Ketika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, langsung distop dengan cara yang baik. Gunakan kalimat 'mantera' seperti

“Semua ada caranya”
“Semua ada waktunya”
“Semua ada tempatnya”

dengan penjelasan yang diberikan sesuai dengan usia mereka.

Setiap kali anak berlaku baik, beri pujian 'setinggi-tingginya'
Jika anak berlaku tidak baik, beri respon dengan nada biasa, misalnya 'Oh..'.. 'tidak, itu berbahaya'.. Jika anak melakukan berulang-ulang berarti anak masih ingin terus melihat reaksi kita... terus konsisten berlaku 'cool' untuk tidak memberikan ruang 'reward' bagi anak.


2. Coba-coba untuk meminta perhatian dari orang tua yang lalai atau cuek

Respon orang tua, membuat anak belajar.

Jika orang tua memberikan kasih sayang yang cukup, biasanya anak akan sangat mudah dikendalikan.

Jika orang tua cenderung mengabaikan, anak akan belajar 'ga ada gunanya menangis... kalau sedih ya tahan sendiri, alihkan ke hal lain karena menangis pun orang tuaku ngga akan peduli. Hal ini mungkin terkesan 'enak' untuk ortu karena anak akan 'sibuk' sendiri, tidak menganggunya.. Namun di kemudian hari akan menjadi bibit-bibit perilaku negatif atau antisosial yang sangat menyulitkan orang tua.

Jika orang tua tidak konsisten, misalnya 1 waktu perhatian, di waktu lain tidak, hal ini akan membuat anak belajar bahwa untuk mendapatkan perhatian orang tua, ia harus menangis dulu, merengek dulu atau melakukan hal lain yang membuat orang tua 'menyerah'.


3. Melihat contoh yang buruk dari lingkungan dan akhirnya menjadi kebiasaan
Jika hal ini merupakan hasil dari kelalaian orang tua yang mungkin awalnya tidak disadari, untuk mengubahnya benar-benar dibutuhkan penerimaan diri dari orang tua untuk memaafkan anaknya, juga terutama memaafkan dirinya karena tidak ada gunanya menyalahkan diri, menyalahkan masa lalu yang tidak akan terulang. Penting bagi orang tua untuk berempati (menempatkan diri pada posisi anak) ketika akan memberi respon. Minta maaf pada anak, memberikan sentuhan lembut dengan tulus dan mengajak anak untuk berubah bersama-sama. Untuk anak usia di bawah 5 tahun in syaa Allah hal ini masih cukup mudah dilakukan. Namun untuk usia di atas 8 tahun, butuh usaha yang lebih keras pada orang tua untuk membuat anak dapat bersikap baik. Wallohu a'lam.

Tambahan

Bahwa sesungguhnya perkembangan manusia berjalan secara berkesinambungan

Dan pengenalan peraturan dapat mulai diterapkan saat usia anak 2 tahun dan dapat terus berkembang seiring berjalannya waktu

Bagaimana anak paham tentang apa maksud dan tujuan orang tua

Pengenalan peraturan tidak sebatas reward punisment

Tapi bagaimana orang tua dapat memenangkan hati anak

Dan itu sangat pelan pelaaaaan sekali

Anak usia 6-7 tahun seharusnya sudah dapat mengenal pola asuh orang tua yang konsisten

Sebelum usia itu

Benar2 butuh pengulangan dan kesabaran orang tua baik dari cara mengenalkan aturan dan cara komunikasi

Nah, terkait usia anak saat ini (8tahun), sejak usia 6-7 tahun, anak memasuki fase baru dalam kehidupannya,

Industry versus inferiority

Maksudnya industry adalah produktif

Produktif disini juga merupakan masa2 adaptasi anak

Dan masa adaptasi orang tua juga tentunya

Karena anak2 mulai punya 'gaya baru' lagi

Bunda tidak perlu khawatir, dan teruslah konsisten dengan peraturan


Terus berikan anak pemahaman.. Juga perhatian yang detail, setiap kali anak melakukan kebaikan trus semangati

Oleh karena itu, in syaa Allah hal ini sangat normal terjadi

Yang membuat anak merasa 'harus' produktif

Kebanyakkan orang tua memberikan punishment ketika anak melanggar


Namun ketika anak melakukan hal2 sesuai aturan, berpikir 'memang sudah seharusnya bgitu'

Padahal yang jauh lebih sulit daripada mekanisme reward and punishment adalah memaintenance perasaan anak.. Menjaga perasaan anak, semangat anak, keinginan anak yang saat ini sudah mengenal lingkungan baru dan hal2 baru lain di dunianya

Jadi

1. Acceptance

Terima anak, perilakunya secara utuh

Pahami bahwa anak saat ini masih belajar aturan2 baru yang masih angin2an dan dapat terpengaruh banyak hal di luar dirinya

2. Maafkan anak dan berempati bahwa ia punya alasan

Alasan yang mungkin bagi kita 'tidak nyambung'

3. Trus komunikasikan dg baik.. Jangan terlalu bergantung pada reward dan punishment (kesepakatan)

Karena anak butuh dipahami

Sekaligus ajak anak kembali untuk patuh pada aturan...

Barokalloohu fiik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar