Oleh Bani Sara Fatimah, S.Psi.
Apakah teman-teman sudah mengenal diri sendiri?
Kelebihan beserta kekurangan teman-teman?
Apakah teman-teman sudah bisa menerima kelebihan dan kekurangan tersebut?
…….....................................
Mengenal diri kita, kelebihan dan kekurangan kita, menerima itu semua, untuk apa?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktivitas kita kali ini adalah mempelajari konsep diri.
Nah,
untuk menjawab pertanyaan di awal kalimat ini, saya akan membantu
teman-teman dengan mulai menjelaskan tentang konsep diri lebih detail,
lalu menjelaskan tentang Jendela Johari.
Jendela Johari?
Apaan lagi itu? Yup, disimak dengan baik dulu yuk.. Mungkin sedikit
panjang… em, mudah-mudahan nggak terlalu panjang.. =D
Yah, semoga mudah dipahami serta teman-teman dapat mengambil manfaatnya ya…
KONSEP DIRI
Mari kita mulai dengan definisi Konsep Diri.
Secara
istilah, konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai diri sendiri
atau penilaian terhadap dirinya sendiri, (KBBI, 2008).
Byron
& Byrne (2001) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan kerangka
yang memandu bagaimana kita memproses informasi tentang diri dan
keberadaan kita dalam lingkungan.
Menurut
De Vito (2006), melalui konsep diri, individu akan memiliki skema dalam
mengevaluasi perasaan dan pemikiran kita sehingga seseorang dapat
menerima seperti apa dirinya serta aspek-aspek positif dan negatif
dirinya.
Bagaimana Penjelasannya?
Konsep diri adalah hal yang penting dalam kehidupan. Mengapa penting?
1. Karena penilaian terhadap diri akan menentukan dan mengarahkan perilaku seseorang dalam berbagai situasi.
Jika
seseorang memiliki konsep diri negatif, maka perilakunya akan negatif.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki konsep diri positif, maka
perilakunya akan positif.
2. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku.
Ini
berarti apabila individu memiliki konsep diri positif, ia akan
cenderung berpikir akan berhasil dalam melakukan sesuatu. Hal ini
merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju
kesuksesan. Sebaliknya jika individu memiliki konsep diri negatif, ia
akan cenderung berpikir akan gagal. Hal ini sama saja mempersiapkan
kegagalan bagi dirinya, atau selalu merasa gagal.
3. Konsep diri merupakan fondasi yang menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
Seseorang
yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat menjalin hubungan
dengan orang lain dengan baik. Ia merasa percaya diri dapat
berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan baik. Ia juga merasa orang
lain akan melihatnya sebagai pribadi dan baik. Ia pun merasa bahwa orang
lain juga baik dan dapat dipercaya. Untuk orang-orang yang 'tidak baik'
ia dapat mengambil langkah-langkah tepat dalam mengatasinya.
Sebaliknya, seseorang dengan konsep diri negatif akan merasa tidak
percaya diri dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Ia
merasa khawatir orang lain menilainya buruk. Kekhawatiran ini
membuatnya ragu -ragu untuk mempercayai orang lain yang sebenarnya baik.
Untuk orang yang menurutnya 'tidak baik', ia akan merasa cenderung
diserang dan hampir selalu tidak nyaman berhubungan dalam situasi dan
kondisi apapun.
Secara ringkas, konsep diri adalah
semua persepsi kita terhadap aspek-aspek dalam diri kita yang meliputi
aspek fisik , aspek sosial, dan aspek psikologis. Mudahnya, bisa
dikatakan begini: Konsep diri meliputi pandangan diri terhadap gambaran
fisik diri (body image), gambaran kemampuan/peran diri, gambaran sikap diri, dan gambaran karakter diri.
1. gambaran fisik diri (body image)
misalnya:
-wajah saya cantik.
-bentuk badan saya proporsional
-wajah saya biasa saja tapi enak dilihat
-badan saya gemuk tapi lincah
-wajah saya memang tidak menarik, saya juga gemuk, lamban tapi rambut saya bagus
-suara saya cempreng tapi ok ok aja tuh
-wajah saya jelek
-bentuk badan saya tidak bagus
-hidung saya mancung tapi jidat terlalu lebar dan tidak enak dilihat
-saya lincah tapi terlalu kurus dan tidak menarik
-suara saya ngga enak didenger
-dll
(bedakan
mana konsep yang positif dan negatif..! Kenali dirimu. Jika teman-teman
merasa negatif, catat lalu cari dan tuliskan kelebihan dirimu,
kemudian fokuslah pada kelebihan tersebut)
2. Gambaran kemampuan diri/peran
misalnya:
- Saya merasa mampu menjadi ibu rumah tangga yang baik
- Saya merasa mampu menjadi ibu yang baik
- Saya ngga pintar masak tapi saya bisa belajar masak
- Saya tidak pintar beres-beres tapi masakan saya enak
- Saya bisa menjadi guru yang baik
- Saya tidak pintar berbicara namun saya bisa menulis
- Saya tidak mampu menjadi ibu yang baik
- Saya tidak bisa memasak
- Saya adalah orang yang gagal
- Saya tidak pintar beres-beres rumah
- Masakan saya enak tapi rumah saya berantakan
- Saya tidak mampu menjadi guru yang baik
- Saya bisa menulis namun tidak pandai berbicara dan ini buruk
- Saya tidak dapat membanggakan orang tua saya
-Saya tidak berguna
- Pekerjaan saya memalukan
-dll
(bedakan
mana konsep yang positif dan negatif..! Kenali dirimu. Jika teman-teman
merasa negatif, catat.. lalu cari dan tuliskan kelebihan dirimu,
kemudian fokuslah pada kelebihan tersebut)
3. Gambaran sikap diri
misalnya:
-Saya adalah seorang yang suka menolong orang lain ketika dalam kesulitan
-Saya adalah orang yang mudah berempati pada orang lain
-Saya adalah orang yang mudah menyampaikan pendapat
-Saya adalah orang yang adil
-Saya adalah orang yang toleran
-Saya adalah orang tang terbuka pada orang lain
-Saya adalah orang yang tepat waktu
-Saya adalah orang yang ramah
-Saya orang yang ngaret
-Saya kurang memiliki jiwa sosial
-Saya adalah orang yang penuntut
-Saya adalah orang yang tertutup
-Saya adalah orang yang judes
-Saya adalah orang yang ragu-ragu dalam berpendapat
-dll
(bedakan
mana konsep yang positif dan negatif..! Kenali dirimu. Jika teman-teman
merasa negatif, catat.. lalu cari dan tuliskan kelebihan dirimu,
kemudian fokuslah pada kelebihan tersebut)
4. Gambaran karakter/kepribadian diri
misalnya:
-Saya adalah orang yang bertanggung jawab
-Saya adalah orang yang disiplin
-Saya adalah orang yang mandiri
-Saya adalah orang yang percaya diri
-Saya adalah orang yang gigih
-Saya adalah orang yang egosentris
- Saya adalah orang yang teliti
- Saya adalah orang yang ceroboh
-Saya adalah orang yang mudah menyerah
-Saya orang yang tergantung pada orang lain
-Saya orang yang tidak percaya diri
-Saya adalah orang yang sulit beradaptasi
-Saya adalah orang yang kekanak-kanakkan
-Saya bandel
- Saya adalah orang yang sabar
- Saya adalah orang yang pemarah
-Saya adalah orang yang minderan
-dll
(bedakan
mana konsep yang positif dan negatif..! Kenali dirimu. Jika teman-teman
merasa negatif, catat lalu cari dan tuliskan kelebihan dirimu,
kemudian fokuslah pada kelebihan tersebut)
.....................
Konsep
diri bukanlah bawaan dari lahir melainkan sesuatu yang didapat melalui
proses pembelajaran, pengorganisasian diri dan senantiasa dinamis.
ADA 3 KOMPONEN DALAM KONSEP DIRI
1. Self ideal (diri ideal)
Yaitu gambaran dari diri yang diinginkan. Diri ideal terdiri dari harapan, impian, visi, idaman.
Diri
ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling
kita kagumi dari diri kita maupun dari orang lain yang kita hormati.
Diri ideal adalah sosok seperti apa yang paling kita inginkan untuk bisa menjadi diri kita, di segala bidang kehidupan kita.
Bentuk ideal ini akan menuntun kita dalam membentuk perilaku.
Misalnya,
diri ideal kita adalah ‘ibu yang baik’; bisa memberikan makanan yang
enak dan sehat kepada keluarga, pandai membuat rumah menjadi rapih dan
bersih, bisa mengatur dan mengatasi perilaku anak-anak, dll, kita ingin
menjadi ibu seperti itu.
2. Self image (citra diri)
Cara kita melihat diri sendiri, berfikir mengenai diri kita sekarang.
Kita
bersikap dan bertindak sesuai dengan gambaran pada cermin diri kita.
Apa yang kita lihat pada diri kita, kita percaya bahwa itulah diri kita,
maka kita bertindak sesuai diri kita itu.
Begini, misalnya, ketika bercermin terlihat diri kita tenang, percaya diri, merasa mampu menjadi ibu yang baik.
Dengan
begitu, jika ketika suatu saat kita gagal, contohnya, kita masiih saja
memarahi anak, atau tidak berhasil mengontrol emosi ketika anak
‘berulah’, atau rumah sedikit berantakan, atau gagal membuat masakan
yang enak……
Ketika semua itu terjadi, kita tidak tenggelam
dalam keterpurukan, kita bisa memaklumi kondisi tersebut, berpikir
bahwa kondisi itu hanyalah sementara, lalu kita merasa mampu
melewatinya, “nanti bisa kok kalo berusaha lagi”, karena kita memiliki
citra diri yang positif, kita yakin bahwa kita adalah ibu yang ‘baik’.
Untuk
mengubah konsep diri menjadi positif, bisa dimulai dengan mengubah
citra diri. Ya, mengubah cara kita melihat diri kita sendiri menjadi
lebih positif.
Oke, aku adalah ibu yang baik, aku
bisa menahan emosi, aku bisa mengatur anak-anak, aku pandai memasak,
kalo aku gagal sekali, tidak apa, aku kan ibu yang baik, dan aku
baik-baik saja, sehingga tidak merasa menyesal teramat dalam, dan
tenggelam dalam keterpurukan. Semua tetap akan baik-baik saja.
3. Self esteem atau harga diri
Adalah komponen yang bersifat emosional, dan yang paling penting dalam menentukan sikap dan kepribadian kita.
Harga diri juga merupakan kunci keberhasilan hidup.
Semakin
kita menyukai/menghargai diri kita, semakin baik kita akan bertindak
dalam bidang apa pun yang kita tekuni. Dengan demikian, semakin baik
pula performansi kita. Kita akan semakin menyukai diri kita dan merasa
bahagia. Semakin kita tidak menyukai/tidak menghargai diri kita, semakin
buruk kita akan bertindak dalam bidang apapun yang kita tekuni. Dengan
demikian, semakin buruk pula performansi kita. Kita akan semakin tidak
menyukai diri kita dan merasa tidak bahagia.
Semakin sejalan diri ideal dengan citra diri, maka akan semakin tinggi harga diri kita.
Adanya ketidaksesuaian antara diri ideal dan citra diri dapat menjadi sumber stres atau konflik dalam diri kita.
contoh:
kita ingin menjadi ibu yang baik, namun merasa diri kita bukan ibu yang
baik karena tidak bisa merawat anak dengan baik, sulit mengontrol
kemarahan, tidak mampu mendidik dengan baik, tidak bisa memasak makanan
sehat untuk anak dll. Kita akan merasa stres karena ini.
Adanya ketidaksesuaian antara citra diri dengan kenyataan aktual pun akan menjadi sumber stres atau konflik dalam diri kita.
contoh:
kita merasa kita adalah ibu yang baik namun pada kenyataannya kita
memarahi anak yang tidak sengaja menumpahkan air minum ke lantai, gagal
dalam toilet training, dll. Hal ini pun akan membuat kita stres.
Bagaimanakah konsep diri terbentuk?
Konsep
diri, ibarat meja, memiliki kaki-kaki yang menopangnya, semakin banyak
kaki yang menopang, maka semakin kuat konsep diri itu.
Lalu, yang menjadi pertanyaan, kaki-kaki meja itu adalah konsep-konsep yang positif atau negatif?
Hmm,
Kalau
kaki-kaki meja tersebut kebanyakan konsep yang negatif, maka konsep
diri kita negatif, sebaliknya jika kaki-kaki yang menopang adalah konsep
positif, maka positiflah konsep diri kita.
Pembentukan konsep diri, dipengaruhi apa saja?
# Pertama, siapa yang memasang kaki meja?
Ya, dia adalah pihak otoritas, misal, orang tua, guru, suami, teman dekat yang kita ‘percaya’ padanya, dll.
# Kedua, berapa kuat intensi emosi yang tumbuh?
Semakin kuat intense emosi, semakin kuat konsep diri terbentuk.
contoh:
Bunda XZ di masa SMA:
saat
ortu jemput saya, mereka bilang bhw mrk saat kecewa krn sy ga lolos.
saat itu sy merasa gagal, kayanya semua yg prnh sy jalani ga ada artinya
krn kegagalan tsb. (Konsep diri yang terbentuk: anak yang gagal).
sy
lalu msk sma terbaik di kota dan sy mulai kacau. sy msh sangat kesal
krn dicap sbg anak gagal. maka sy berfikir lbh baik mmg sy jd anak yg
gagal. sy di sma ga prnh pny tendensi utk berprestasi di bid akademik.
sy udh ngeri target ortu sy bhw sy hrs msk fk ui atau itb. sy tau
kemampuan sy, sy sangat lemah di pelajaran ipa. sy kacaukan semuanya. sy
ga pernah dpt ranking. sering bermasalah krn doyan bolos, bhkn
memalsukan surat dispensasi dr eskul agar sy bs keluar kls saat
pelajaran ipa. ortu sering dipanggil guru bk. mrk bilang, mrk sangat
kecewa, mrk sebut saya bandel. jd sy memutuskan utk bandel di mata mrk. (Konsep diri yang terbentuk: anak yang bandel).
# Ketiga, yaitu repetisi atau pengulangan
Pengalaman
awal kehidupan dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep
diri. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan
konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak (Stuart dan
Sundeen, 1991). Semakin sering statemen yang diberikan kepada kita,
semakin kuat konsep diri itu terbentuk pada diri kita.
Konsep
diri juga dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan
dengan orang lain. Ekspektansi orang tua, kondisi fisik, efek media
masa, pengalaman keyakinan beragama, status sosial ekonomi keluarga,
dinamika dalam keluarga juga dapat mempengaruhi terbentuknya konsep
diri.
(lihat cerita Bunda XZ di atas.. terdapat pengulangan
konsep anak yang gagal.. anak yang bandel.. tidak dapat memenuhi
ekspektansi lingkungan, dari orang tua, guru, Bunda XZ membenarkan pandangan
itu, dan menjadikan anak yang gagal dan bandel sebagai konsep dirinya).
Yang
penting untuk dipahami, pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi
oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang
dirinya. Bila individu membenarkan pandangan orang lain terhadap dirinya
maka tertanamlah pandangan yang dikatakan oleh orang lain itu sebagai
konsep diri.
Cooley (1992) menjelaskan bahwa
konsep diri individu seseorang secara signifikan ditentukan oleh apa
yang difikirkannya tentang fikiran orang-orang atas dirinya.
Menurut
Mulyana (2002), perasaan diri bersifat sosial, sehingga melalui
orang-orang yang terdekat dan paling bermakna, maka terbangun suatu
tafsir atas apa yang sesungguhnya dimaksud dengan diri.
Konsep
diri dibangun melalui mekanisme internal di mana setiap individu
mendesain sendiri impresi dirinya melalui apa-apa yang diingat,
diketahui dan dibayangkan tentang dirinya (Kendzier dan Whitaker, 1997).
contoh:
Bunda XZ setelah kuliah dan menikah:
skrg, klo sy lihat sahabat2 sy jd dokter, sy iri knp dl ga krj keras sperti mrk, pdhl sama aja nilai fisika mrk jelek ky sy hehe.
(Bunda XZ membenarkan fakta-fakta sebagai diri yang gagal dan semakin kuat
konsep diri sebagai pribadi yang gagal tertanam dala dirinya)
klo
liat pasangan yg bs ketemu tiap hr, sy iri krn sy ga bs ky gitu. ortu
sy bener, ini konsekuensi krn milih suami sy dg keluarganya yg spt itu. (Bunda XZ
membenarkan pandangan orang tuanya sebagai diri yang akan gagal
menjalani kehidupan beruah tangga karena kondisi keluarga suami, dan
semakin kuat konsep diri sebagai pribadi yang gagal tertanam dalam
dirinya)
tiba2 sy merasa bahwa apa yg mrk harapkan ttg sy adl benar, sy yg melawanlah yg salah. (lagi-lagi membenarkan penilaian orang tua dan tetap memiliki konsep diri sebagai diri yang gagal)
saya
nggak tau apakah perasaan ini muncul krn sdh setahun lbh sy tinggal
kembali dg mereka atau gmn. tp mau sampai seperti ini? saat ini untuk
menulis sy mau apa pekan depan saja terasa sangat sulit. sy jd cenderung
melakukan sesuatu hny utk merespon keadaan terutama jika ortu mulai
menuntut lagi. (konsep diri sebagai diri yang gagal terus dikembangkan ke berbagai situasi)
Jadi, sebenarnya konsep diri sangat ditentukan oleh sikap diri sendiri.
Sikap adalah kebiasaan berpikir dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.
Kita, manusia dewasa sebenarnya MAMPU untuk bersikap, berpikir dan menilai diri kita sendiri sebagai diri yang POSITIF.
Sikap
yang baik (positif) HARUS terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari
waktu ke waktu dengan cara mengubah cara berpikir yang lama/negatif,
menjadi cara berpikir yang baru dalam memandang semua hal/positif.
SANGAT PENTING bagi kita membentuk konsep diri yang positif.
Ya, orang lain dapat berkata aaaaaapaaaaapuuuun tentang diri kita, namun, diri kita sendiri yang sebenarnya membentuk kita..!
-----------------------------------------------------
Wah, materi ini sudah cukup panjang ya..
sayangnya belum selesai..
jika
teman-teman lelah membaca, silakan beristirahat dulu.. kalo udah fresh
lagi, balik lagi kesini.. tapi kalo masih bisa fokus, mau terus baca
aja juga boleh kok...
ok...! kita lanjutkan lagi =))
-----------------------------------------------------
Jadi teman-teman,
Semakin
baik konsep diri kita maka akan semakin mudah kita untuk berhasil dalam
menjalani kehidupannya. Demikian pula sebaliknya....
Kita sendiri, dapat juga lho melihat melihat konsep diri seseorang.. Dari mana? dari sikap mereka.
Konsep
diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak
berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang,
takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri
tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih
banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang
konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru,
berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri
berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif,
dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
Dari
konsep diri positif lahir pula pola perilaku komunikasi antar pribadi
yang positif pula yaitu melakukan pandangan dengan lebih cermat dan
mengungkapkan petunjuk yang bisa membuat orang lain menafsirkan kita
dengan cermat pula. (Masih inget kan, kalo konsep diri juga berpengaruh
pada hubungan kita dengan orang lain).
Seseorang yang berkonsep diri positif akan berkomunikasi secara tembus pandang.
Artinya,
kita terbuka terhadap pengalaman dan gagasan baru, cenderung
menghindari sikap defensif serta lebih cermat dalam memandang dan
menilai diri sendiri juga orang lain.
Hubungan antara
konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Jendela Johari.
Dalam Jendela Johari dijelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat
kesadaran tentang diri kita.
Haaa, Jendela Johari? Iya.. yang di awaaal banget itu udah dikasih tau sedikiiiit.. =)
Yuk yuk, kita pahami detailnya sekarang..
JENDELA JOHARI
Joseph
Luft dan Harrington Ingham (Johari: JOseph HARrIngton) , mengembangkan
konsep Johari Window/ Jendela Johari sebagai perwujudan bagaimana
seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah
jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel
menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang
disembunyikan.
4 daerah tersebut adalah daerah publik, tersembunyi, buta, dan tidak disadari. Kita bahas satu per satu ya..
1. Daerah Publik (kita tahu, orang lain tahu)
Contohnya
yaitu nama, alamat, usia, pendidikan, dan hal-hal umum lainnya. Ketika
memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan
tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan
terus bertambah, sehingga orang lain semakin mengenal kita, mengetahui
daerah tersembunyi kita. Makin besar daerah publik, makin produktif,
hangat dan menguntungkan hubungan kita dengan orang lain.
2. Daerah tersembunyi (kita tahu, orang lain tidak tahu)
Biasanya
berisi tentang hal-hal pribadi seperti perasaan, pandangan terhadap
sesuatu, kesukaan dan ketidaksukaan, dll. Jika kita tidak berbagi daerah
tersembunyi, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal
ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita.
Misalnya
gini, kita tidak suka ketika suami pulang langsung pegang HP, BBM-an
lah, Fesbukan, Chatting dll. Akan tetapi suami merasa hal itu
biasa-biasa saja dan istri tidak masalah. Nah, sudah jelaskah pesan kita dan sudah ditangkapkan
maksud ‘diri’ kita oleh orang lain? Biar, ketidaksukaan itu tidak
bersebunyi begitu saja dan membuat kita 'empet' sendiri.. kesel sendiri
daaaan rugi sendiri =) Insya Allah tentang komunikasi asertif akan ada materinya.
3. Daerah buta (kita tidak tahu, orang lain tahu)
Kadang
kita tidak tahu beberapa hal tentang diri kita. Justru orang lain yang
menemukan hal tersebut ada pada diri kita. Semakin kita bersikap terbuka
dengan masukan orang lain, maka semakin kita tahu tentang diri kita.
Dengan
mendapatkan masukan dari orang lain, daerah buta akan berkurang. Makin
kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang
lain, maka akan bagus dalam berhubungan dengan orang lain atau bekerja
sama dengan orang lain.
Misalnya, Bunda QQ nih pinter
masak, dia tau, dia suka masak, tapi dia tidak tahu bahwa itu adalah
kelebihannya. Nah, setiap kali temannya datang ke rumah, selalu disuguhi
masakannya yang enak. Lantas temannya berpendapat bahwa “Bunda QQ,
dirimu berbakat ya di bidang masak-memasak.” Nah, Bunda QQ jadi makin
paham kelebihannya dan tambah semangat masak.. jadi tambah PD deh jualan
dan berhubungan lebih baik dengan orang-orang..
4. Daerah tidak disadari (kita tidak tahu, orang lain juga tidak tahu)
Jendela
ini akan mengecil seiring kita menjadi dewasa, mulai mengembangkan diri
dan belajar dari pengalaman. Suatu saat mungkin kita yang menemukan hal
tersebut, atau bisa jadi orang lain yang menemukannya. Jika kita
bersikap terbuka, maka kita semakin mengenali diri kita dan bisa
berhubungan hangat dengan orang lain.
Oleh karena adanya perbedaan
karakteristik individual, maka besarnya masing-masing daerah jendela
pada seseorang berbeda dengan orang lain.
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik (feedback ).
Tahap
pengungkapan diri, maka orang akan memperluas daerah tersembunyi,
sedangkan untuk memperluas daerah buta dibutuhkan umpan balik dari orang
lain. Akhirnya, ia akan mempunyai daerah publik yang semakin luas.
Semakin
luas daerah publik dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang
positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan
dan kelemahan dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya,
topeng-topeng yang dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia
menjadi pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut menghadapi
kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.
Setelah
seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang
lain akan menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan.
Pengenalan diri adalah sebagai sarana yang memudahkan kita dalam
menjalani kehidupan. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab
pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin
menjadi apa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai
dengan peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk
mengubah atau mengembangkan diri.
Ya, mengubah konsep diri menjadi lebih positif!
Yg jendela Johari ini pernah dapet waktu kuliah kesmas, nahhh pembahasan diatas Masya Allah beneeer bgt. Terkadang klo lg hectic trus ada kesalahan kecil dr duoR suka kelepasan cerewet, tp lgsg cepet sadar dan minta maaf ke duoR sambil meluk dan cium. Ketika bgn pagi setelah buka mata trus berdoa trus liat kanan kiri wajah duoR yg terlelap trus niat untuk menahaaaan cerewet dan harus selalu senyum sama mereka. Alhamdulillah sering berhasil, banyakin pelukan dan candaan, bisikkan kalimat2 klo bunda sayang mereka, ketika akan tidur biasanya mereka akan peluk tangan ria seperti guling. Setelah ngaji biasanya ria bilang klo ria sayaaaang mereka, dan ria minta maaf untuk hari itu. Ria tidur ditengah2, rasanya ituuu bahagia bgt ketika mereka tidur mereka ttp membutuhkan tangan dan mulut ini untuk membacakan ayat2 suci. Klo inget ini mau nangis :(
BalasHapusAlhamdulillaah ria tumbuh dan besar dgn orangtua penyayang yg tak pernah sekalipun main fisik, cubit bahkan jewer pun ga pernah. Papah sama mamah penyayang bgt, klo marah tu mamah yaa cerewet aja. Ga sampe melukai hati yg gimanaaa bgt. Mereka ortu plus sahabat ria, ahhhhhh the best bgt! Semoga duoR punya kenangan sama seperti yg ria rasakan terhadap ortu.
Kdg klo mereka salah dan terpaksa ria harus cerewet setelahnya ria cerita knp bunda td marah, alhamdulillaah mereka ngerti (semoga). Setelahnya ria tetap minta maaf dan peluk cium mereka. Apa cara ini salah bunvir?
Terkadang jujur suka kelepasan nada tinggi misal pas pegang gunting atau yg bahaya, dan mereka takut dan nangis. Tp setelahnya lgsg sadar dsn meluk minta maaf :(
Terkadang terbesit klo kita marah bahkan membentak anak bbrp sek syaraf mereka putus :'( nah untuk menebusnya banyakin momen peluk dan bercanda with them, apakah cara itu betul? Hiksss minta saranny bunvir #help
aamiin.. semoga duoR bisa merasakan kebahagiaan seorang anak sperti yang bundanya rasakan ya..
BalasHapuskalo bunda Ria bisa baca2 materi sebelumnya, kekerasan verbal termasuk salah satu dari bentuk kekerasan.. tapi alhamdulillaah bunda Ria mampu menyadari dan mau untuk meminta maaf pada anak-anak baik secara verbal dan fisik (peluk cium)..
itu sangat baik sekali..
sebenarnya, asal bunda Ria punya keinginan kuat untuk mengontrol verbal dan berusaha meminimalkannya, insya Allah tidak masalah.. >asal jangan berpikir 'ngomel juga gapapa, ntar juga tinggal mintaa maaf peluk cium lagi =)
dalam mendidik anak, yang terbaik tetap dengan kelembutan, wallohu a'lam.. tegas yang lembut, berbeda dengan kekerasan verbal.. insya Allah bunda Ria paham..
bunda ria dapat mulai berlatih untuk mengurangi nada tinggi ke anak-anak dengan 'mengatupkan mulut' dulu dan hanya 'tangan' yang bekerja menjauhkan anak dari hal2 yang membahayakan.. misalnya pegang gunting, cukup ambil guntingnya dengan tenang dengan bibir dikunci.. lalu letakan guntingnya.. setelahnya baru jelaskan dan peluk cium.. awalnya mungkin sulit, tapi situasi belajar terbaik adalah kondisi yang nyaman, bukan? bunda juga lebih bahagia karena tidak merasa 'melukai' anak =)
ini, saya bantu copaskan link terkait pertanyaan bunda ya.. semoga membantu.. =))
http://jendelaummahat.blogspot.com/2014/03/refleks-memukul-mengomel-berteriak-dll.html
http://jendelaummahat.blogspot.com/2014/03/relaksasi.html
http://jendelaummahat.blogspot.com/2014/03/kekerasan-definisi-dan-macam-macamnya.html
http://jendelaummahat.blogspot.com/2014/03/manajemen-marah.html
http://jendelaummahat.blogspot.com/2014/03/resume-masalah-perilaku-kekerasan.html
hihi ternyata banyaaak <3
apapun, insya Allah, bunda adalah ibu hebat tercintanya duoR.. insya Allah mereka pasti bangga punya bunda seperti bundanya yang begitu perhatian.. (y)
Masya Allah begitu banyaaaaak PR tuk jd ibu yg baik, Bismillah niatkan hati. Mohon do'anya yaaaaa. Jazakumullaah khoiir untuk semua admin
BalasHapus