Sabtu, 05 April 2014

Penerimaan

Dalam hidup kita, seringkali atau mungkin selalu, kita dihadapkan oleh berbagai macam masalah yang kita rasa sulit. Meskipun Allah menjanjikan bahwa kita diberikan kesulitan karena kita mampu, dan bersama kesulitan ada kemudahan, tetap saja, sulit bagi kita untuk menghadapi dan menerima masalah tersebut, termasuk lingkungan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Sebelum seseorang dapat menerima orang lain, lingkungan, dll, ia harus mampu menerima dirinya sendiri terlebih dahulu.




Saat ini, saya akan mulai menjabarkan lebih detail tentang penerimaan.
Konsep yang dianggap penting dalam berbagai teori di Psikologi.

Dari teori kesejahteraan psikologis Ryff, dijelaskan bahwa orang yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik, pasti memiliki aspek penerimaan diri yang baik.

Teori hierarki kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa orang yang dianggap mampu mengaktualisasikan diri, sebelumnya ia memiliki penerimaan diri yang baik.

Kubbler Ross dalam teori griefing-nya mengatakan, orang yang sedang sakit parah, pada akhirnya penting untuk sampai ke fase menerima dirinya, termasuk kondisi sakitnya.

dan orang yang kehilangan pada akhirnya juga penting untuk melakukan penerimaan.

Dalam teori konsep diri dikatakan bahwa orang yang memiliki konsep diri yang baik, ia akan memiliki penerimaan diri yang baik pula (materi konsep diri insya Allah menyusul).

Yah, itu baru empat teori, semoga cukup bisa menggambarkan betapa pentingnya penerimaan diri ini..


Mari belajar..


Definisi


Jersild (dalam Hurlock, 1974) menjelaskan bahwa
penerimaan diri adalah derajat dimana individu memiliki kesadaran terhadap karakteristiknya, kemudian ia mampu dan bersedia untuk hidup dengan karakteristik
tersebut.

Rubin (1975) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan
esensi dari “saya”. Seseorang tidak dikatakan menerima dirinya, bila ia tidak dapat
menerima seluruh aspek dari dirinya, termasuk di dalamnya pikiran-pikiran, ide-ide,
perasaan-perasaan, keputusan-keputusan dan tindakan.


Corsini (2002) mendefinisikan penerimaan diri sebagai pengenalan terhadap
kemampuan pribadinya dan prestasinya, bersamaan dengan penerimaan terhadap
keterbatasan dirinya.


Berdasarkan beberapa teori di atas, penerimaan diri dapat didefinisikan sebagai penilaian positif terhadap kondisi dan keadaan yang  diri, dengan mengenali kelebihan ataupun kekurangan diri, lalu individu tersebut mampu dan bersedia untuk hidup dengan segala karakteristik yang ada dalam dirinya, dengan merasa merasakan nyaman dan puas terhadap dirinya, baik di masa kini maupun masa lalu, serta yakin akan kualitas yang dimilikinya dan memahami keterbatasan dirinya.


Ciri-ciri Orang Yang Memiliki Penerimaan Diri Baik

- menerima diri sendiri apa adanya.. termasuk kehidupan di masa lalu
(contoh: ngga perlu ngomong dihalus2in kalo emang suara kita gede.. atau ngga perlu dandan menor untuk terlihat cantik.. semuanya, sesuai sikon aja.. kalau memang perlu dandan, ya dandanlah.. kalo di perpus, ya suaranya pelanin)
 
- tidak menolak diri sendiri apabila memiliki kelemahan dan kekurangan, toh manusia memang ngga ada yang sempurna, kan..

- punya keyakinan bahwa untuk mencintai diri sendiri, maka seseorang tidak harus
dicintai oleh orang lain dan dihargai oleh orang lain, seseorang merasa berharga, maka
seseorang tidak perlu merasa benar-benar sempurna.. cinta itu tulus lho.. =))

- memiliki keyakinan bahwa dia mampu untuk menghasilkan kerja yang berguna.


Mengapa Penting?

Ryff (1996) menjelaskan bahwa penerimaan diri penting bagi terwujudnya kondisi sehat secara mental.


Menurut Hurlock (1974), penerimaan diri menjadi salah satu faktor yang berperan terhadap kebahagiaan (happiness) agar seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well-adjusted person).


Rendahnya penerimaan terhadap diri dapat menimbulkan gangguan
emosional (Corsini, 2002).


Catatan Tambahan

Hurlock (1974) menjelaskan bahwa tidak seorang pun dilahirkan dengan kesehatan mental yang baik ataupun buruk, karena berbagai macam pola kepribadian dibentuk oleh pengalaman hidupnya. Apabila pengalaman hidupnya baik (tidak menimbulkan penilaian negatif terhadap pengalamannya tersebut), maka akan membentuk pribadi yang sehat,
dan sebaliknya apabila pengalaman hidupnya tidak baik (menimbulkan penilaian negatif terhadap pengalamannya tersebut), maka seseorang akan membentuk pribadi yang tidak sehat.

berarti, poin pentingnya adalah? PENILAIAN

untuk jadi pribadi sehat, bukan masa lalu, pengalaman, lingkungan, orang tua yang baik saja..! tapi orang2 yang punya masa lalu, pengalaman, lingkungan, orang tua, dll yang 'tidak baik' pun bisa..

caranya?

bentuk penilaian yang positif terhadap diri kita..
penilaian diri yang positif akan membentuk penerimaan diri yang positif..


ambil hikmah, pelajaran, nilai, pandangan yang positif dari itu semua..!
semua, pasti ada sisi positif.. asal kita berpikir jernih dan berbaik sangka pada Allah.


Bagaimana menghadapi masa lalu yang tidak menyenangkan?

terimalah.. ikuti prinsip2 penerimaan diri.. bahwa penerimaan itu apa adanya.. masa lalu baik dan buruk diterima.. masa lalu kita berharga karena masalah-masalah itu sesungguhnya membentuk kita menjadi pribadi yang kuat...


Bagaimana menghadapi orang tua yang tidak "menyenangkan" ?

terimalah.. ikuti prinsip2 penerimaan diri.. bahwa penerimaan itu apa adanya.. baik buruk orang tua kita diterima.. orang tua kita begitu berharga karena bagaimanapun mereka mencintai kita denggan cara mereka sendiri..


Penerimaan diri kita saat ini belum baik?
gapapa.. semuanya proses.. semoga proses yang kita lakukan menuju arah yang selalu membaik.. yang penting, sekarang udah dapat masukan tentang penerimaan dan semoga bermanfaat dan dapat dimanfaatkan dengan baik


dan yakinlah, masa lalu kita, orang tua kita, merupakan bagian dari dalam diri kita yang begitu berharga untuk kita, bagaimanapun mereka...

masa lalu mau dihapus?
dibuang?
dilupakan?
apa gunanya? kamu akan terus mengingatnya kok.. =)

orang tua mau disesali?
dibenci?
dijauhi?
Allah sungguh tau kemampuanmu... luasnya hatimu.. cerdasnya dirimu.. sehingga memberikan orang tua yang seperti itu..

wallohu a'lam


jadi?

terima diri, terima masa lalu, terima orang tua kita karena semua yang terjadi pada kita, atas ijin Allah..

bukankah salah satu rukun iman kita adalah menerima takdir?


 “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. At Taghabun: 11.


Syaikh Abdurrahman bin Nashi As Sa’di rahimahullah berkata:
وقال تعالى: {وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ} [التغابن: 11] فهذه هداية عملية، هداية توفيق وإعانة على القيام بوظيفة الصبر عند حلول المصائب إذا علم أنها من عند الله فرضي وسلم وانقاد
“Firman Allah Ta’ala: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pertunjuk kepada hatinya”, ini adalah petunjuk yang berupa amaliyah, petunjuk berupa taufik dan pertolongan untuk melakukan kewajiban sabar ketika datangnya musibah-musibah jika ia mengetahui bahwa hal itu berasal dari Allah, maka ia ridha, menerima dan taat.” Lihat kitab Taisir Al Lathif Al Manan Fi Khulashati Tafsir Al Quran, 1/49.



Abu Al Laits Nashir bin Muhammad As Samarqandi (w: 373) berkata:
 وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يعني: يصدق بالله على المصيبة، ويعلم أنها من الله تعالى، يَهْدِ قَلْبَهُ يعني: إذا ابتلي صبر، وإذا أنعم عليه شكر، وإذا ظلم غفر. وروي، عن علقة بن قيس: أن رجلاً قرأ عنده هذه الآية، فقال: أتدرون ما تفسيرها؟ وهو أن الرجل المسلم، يصاب بالمصيبة في نفسه وماله، يعلم أنها من عند الله تعالى، فيسلم ويرضى. ويقال: مَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ للاسترجاع يعني: يوفقه الله تعالى لذلك. وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ أي: عالم بثواب من صبر على المصيبة.
“Dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah” maksudnya adalah mempercayai Allah dengan datangnya musibah dan mengetahui bahwa hal tersebut dari Allah Ta’ala, nicaya “Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya”, maksudnya adalah jika ia diuji maka ia bersabar dan jika ia diberi nikmat maka ia bersabar dan jika ia melakukan kezhaliman maka ia mengampuni, dan diriwayatkan, dari ‘Alqamah bin Qais bahwa pernah seseorang membaca dihadapannya ayat ini, lalu ‘Alqamah bin Qais bertanya: “Apakah kalian mengetahui tafsirannya?, ia adalah seorang muslim yang tertimpa musibah pada diri dan hartanya, ia mengetahui bahwa hal itu berasal dari Allah Ta’ala, maka ia akan menerima dan meridhainya, dan dikatakan (juga) bahwa makna “Barangsiapa yang beriman niscaya ia akan memberikan petunjuk kepada hatinya”, adalah untuk mengucapkan istirja’ (ucapan إنا لله وإنا إليه راجعون) yakni Allah Ta’ala akan memberikan petunjuk akan hal itu. Dan maksud dari “Dan Allah mengetahui segala sesuatu”, yaitu (Allah) Maha mengetahui akan pahala bagi seorang yang bersabar atas musibah.”  Lihat kitab Tafsir As Samarqandi, 3/457.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
    وما أصاب العبد من المصائب فعليه أن يسلم فيها لله، ويعلم أنها مقدرة عليه، كما قال/ تعالى : { مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ } [ التغابن : 11 ] قال علقمة ـ وقد روي عن ابن مسعود : هو الرجل تصيبه المصيبة فيعلم أنها من عند الله فيرضى ويسلم . فالعبد مأمور بالتقوي والصبر، فالتقوى : فعل ما أمر به . ومن الصبر، الصبر على ما أصابه، وهذا هو صاحب العاقبة المحمودة،
“Dan apa saja yang didapati oleh seorang hamba dari musiba-musibah, maka hendaklah ia menerimanya karena Allah dan mengetahui bahwa hal itu telah ditakdirkan atasnya, sebagaimana Firman Allah Ta’ala: “Tidak ada musibah yang didapati seorang hamba meainkan dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberikan petunjuka kepada hatinya.” QS. At Taghabun:11.  ‘Alqamah berkata: dan terlah diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: “Ia adalah seseorang yang tertimpa musibah, lalu ia mengetahui bahwa hal tersebut berasal dari Allah maka ia ridah dan menerima.” Jadi, seorang hamba diperintahkan untuk bertakwa dan bersabar, takwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan dan termasuk dari kesabaran adalah bersabar atas apa yang menimpanya, dan ini adalah seorang yang mendapatkan ujuang yang terpuji.” Lihat kitab Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, 5/113.



trus jadi diri yang lebih baik.. semoga Allah mudahkan dan berkahi, semangat...!

wallohu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar